Keputusan merubah kebijakan di Arab Saudi mengenai bolehnya wanita berbikini ini tidak disetujui para ulama yang mereka anggap terlalu konservatif. Sehingga para ulama tersebut tidak mewakili kebijakan pemerintah.
France News Agency pernah menerbitkan sebuah foto dan wawancara dengan seorang wanita Saudi berusia 25 tahun yang mengatakan dia telah berjalan tanpa jilbab di jalan-jalan Riyadh selama empat bulan terakhir.
Baca Juga: Netizen: WO Salah Satu Jalan Untuk Tidak Kalah Secara Tragis, Timnas Putri Indonesiaputra
Dia berkata, ”Tidak ada yang bisa memaksanya melakukan apa yang tidak dia inginkan.”
Laporan tersebut juga menyebutkan wanita 33 tahun lainnya, mengatakan dia hanya mengenakan pakaian Islami di tempat kerjanya dan tidak ada tempat umum lainnya di Riyadh.
Terlepas dari tekanan agama yang dominan, beberapa wanita di Arab Saudi mengenakan pakaian yang lebih terbuka, dan beberapa lainnya mengenakan warna-warna cerah daripada hitam konvensional.
Tidak ada undang-undang yang jelas di Arab Saudi untuk hijab wajib, dan sebagian besar tekanan dari fundamentalis agama yang dirasakan dalam hal ini.
Saat ini, Iran adalah satu-satunya negara Muslim di dunia dengan undang-undang hijab wajib yang jelas dalam konstitusinya, bahkan untuk pejabat asing dan non-Muslim.
Mohammed Bin Salman, putra mahkota Arab Saudi mengatakan bahwa tradisi hijab mungkin akan dimoderasi.
Menurut Putra mahkota, tidak ada mandat bagi Abaye dalam Islam. Abaye atau busan khusus di Arab, adalah pakaian hitam yang dikenakan di Arab Saudi dan beberapa negara Muslim lainnya.***(Fahrin Chariz Diaz Fahreza/Zona banten.pikiran-rakyat.com)