Gus Yahya, Ketua Umum PBNU yang Sempat 'Digagalkan' Gus Dur Menjadi Anggota DPR RI, Ada Hikmah Dibalik Itu

24 Desember 2021, 16:09 WIB
KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) terpilih sebagai Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2021-2026. /Instagram Yahya Cholil Staquf

KlikBondowoso.Com - Gus Yahya atau bernama lengkap KH Yahya Cholil Staquf, terpilih menjadi Ketua Umum PBNU dalam Muktamar NU Lampung pada Jumat, 24 Desember 2021.

Gus Yahya akan menggantikan KH Said Aqil Siradj yang sudah dua periode menjabat.

Gus Yahya bukan nama baru dalam organisasi NU. Ia terlahir dari keluarga kiai dan cukup dekat dengan Gus Dur.

Karena itu, tak heran jika pria yang pernah kuliah di FISIP UGM ini juga pernah diamanahi sebagai Juru Bicara (Jubir) Presiden Gus Dur.

Namun rupanya, Gus Yahya pernah menaruh kekecewaan mendalam kepada Gus Dur.

Hal ini karena ia dua kali merasa digagalkan menjadi menteri maupun angggota DPR.

Cerita itu pernah diungkapkan Gus Yahya dalam akun medsos miliknya beberapa tahun lalu. Setelah sempat kecewa, ia malah bersyukur dan berterima kepada Gus Dur. Kok bisa ?

Hal itu bermula saat Pemilu 1999 yang pertama kali digelar di masa reformasi. PKB yang baru dideklarasikan oleh sejumlah kiai termasuk Gus Dur dan KH Cholil Bisri –ayah Gus Yahya- ikut menjadi peserta pemilu.

Baca Juga: Cek Fakta, Wapres Ma'ruf Amin Pakai Baju Sinterklas dan Ucapkan Natal

Baca Juga: Gus Yahya Ungguguli KH Said Aqil Siradj dalam Pemilihan Calon Ketua Umum PBNU

Saat itu, Gus Yahya ikut menjadi Caleg DPR RI dari PKB di Jawa Tengah.

“Saat itu PKB Jawa Tengah memperoleh 13 kursi di DPR RI. Urutan ke-13 diantara caleg yang medapatkan suara terbanyak adalah Pak Alwi Shihab, dari Dapil Wonosobo. Aku sendiri, terdaftar di dapil Kudus, ada di urutan ke-14,” tutur Gus Yahya.

Sayangnya, saat itu Gus Yahya tidak terpilih karena berada di bawah Alwi Shihab. “Cuma nggawing, tidak katut ke Senayan,” kenang Gus Yahya.

Namun meski gagal, Gus Yahya punya peluang untuk menjadi anggota DPR. Yakni menggantikan Alwi Shihab yang dipilih menjadi Menteri Luar Negeri (Menlu).

“Tapi Pak Alwi kemudian diangkat menjadi Menteri Luar Negeri, kursi DPR RI ditinggalkannya. Berdasarkan urut kacang, harusnya aku yang nangkring di kursi bekas Pak Alwi itu,” ujar Gus Yahya.

Namun tanpa diduga, DPP PKB justru menunjuk orang lain untuk menggantikan Alwi Shihab di DPR RI. Maka kesempatan untuk Gus Yahya jadi anggota DPR pada tahun 1999 pupus sudah.

“Konon, itu kehendak Gus Dur. Aku mandah (taat)saja. Ketika lantas dijadikan Jubir Kepresidenan, aku mengira itulah alasannya,” papar Gus Yahya.

Tidak lama Gus Yahya menikmati jabatan di Istana Kepresidenan itu. Sebab, pada tahun 2001, Gus Dur dimakzulkan oleh Sidang Istimewa MPR RI. Posisinya sebagai presiden digantikan oleh Megawati Soekarnoputri.

“Otomatis Jubir lengser juga, jadi pengangguran. Harapan terbit ketika Pak Matori Abdul Djalil diangkat jadi Menteri Pertahanan. Ada kursi nganggur lagi,” lanjut Gus Yahya.

Saat itu, harapan membuncah di hati Gus Yahya. Ia optimis bisa menjadi anggota DPR melalui mekanisme Pergantian Antar Waktu (PAW).

“Dadaku mengembung, karena harapan besar jadi DPR. Ayahku, Wakil Ketua Dewan Syuro, datang agak belakangan. Aku tenang saja menunggu. Hatiku terlanjur terlalu besar untuk mengkhawatirkan apa pun.,” tutur Gus Yahya.

Namun, kekecewaan kembali menimpa Gus Yahya. Sang ayah, KH Cholil Bisri yang juga anggota Dewan Syuro PKB, memberi kabar padanya. Bahwa Gus Dur selaku Ketua Dewan Syuro, tidak setuju jika Gus Yahya yang dipilih menjadi anggota DPR RI menggantikan Matori Abdul Jalil melalui mekanisme PAW.

"'Silahkan teman-teman memutuskan sendiri', katanya, tapi...", ayahku membuat jeda yang menegangkan,"...asalkan bukan Yahya,” kenang Gus Yahya menirukan ucapan Gus Dur kepada ayahnya itu.

Baca Juga: KH Miftachul Akhyar Terpilih Jadi Rais Aam PBNU dalam Muktamar NU ke 34 di Lampung

Gus Yahya tidak tahu persis apa alasan Gus Dur “melarangnya” jadi anggota DPR.

“Sejak itu aku mangkel sama Gus Dur. Aku ini salah seorang pendiri Partai. Masak nggak boleh jadi DPR? Sedangkan semua teman-temanku boleh,” tutur kakak kandung Yaqut Cholil Qoumas –Menteri Agama dan Ketua Umum PP GP Ansor- ini.

Kekecewaan Gus Yahya semakin bertambah karena saat di Pemilu 2004, ia hanya di tempatkan sebagai caleg di Kalimantan Timur, daerah yang bukan basis PKB.
Sejak itu, Gus Yahya memilih untuk menjauhi hingar bingar dunia politik nasional.

“Sampai aku pulang kampung, ngendon di rumah, dan hanya mengawasi Jakarta dari kejauhan. Disitu aku punya waktu untuk merenung-renung dan membolak-balik hati, dalam keadaan tidak lagi terlalu berkepentingan terhadap kompetisi di dalam partai,” papar Gus Yahya.

Namun belakangan, ia baru mengetahui “hikmah” mengapa Gus Dur bersikeras mencegahnya menjadi anggota DPR RI. Hal itu setelah sejumlah anggota DPR ditangkap oleh KPK, polisi dan kejaksaan. Kebanyakan mereka tersandung kasus korupsi.

Gus Yahya meyakini, Gus Dur mencegahnya jadi anggota DPR karena khawatir ia “tidak kuat menahan godaan” dari kasus pelanggaran hukum sebagai pejabat negara. Menurutnya, Gus Dur bisa menilai kapasitas seseorang untuk mengemban jabatan secara tepat.

“Gus Dur itu punya kemampuan untuk menilai orang secara tajam dan titis. Ketetapan Gus Dur untuk mencegahku jadi DPR itu pastilah didasarkan penilaian beliau yang jitu tentang diriku,” papar Gus Yahya.

Sejak itu pula, Gus Yahya mengaku bersyukur dan terharu terhadapa apa yang dilakukan Gus Dur. Ia merasa seperti “diselamatkan “ dari godaan.

“Aku jadi bersyukur dan terharu. Gus Dur itu biasanya selalu membiarkan siapa saja bergulat dan bertarung memperjuangkan keinginan masing-masing. Beliau bahkan tidak berkeberatan untuk disaingi dan diajak bertarung. Dan beliau akan melayani dengan sportif, siapa pun lawan tandingnya, walaupun anak buahnya senidiri. Tapi terhadapku beliau sejak dini mencegahku mengejar keinginanku untuk menjadi anggota DPR,” papar Gus Yahya.

Karena itu, Gus Yahya belakangan menjadi semakin hormat kepada Gus Dur.

“Aku jadi merasa, kasih-sayang Gus Dur kepadaku lebih besar daripada kepada lainnya. Beliau mencegahku dari kemungkinan nasib buruk. Aku yakin, ketika mempertimbangkan diriku, Gus Dur yang sangat titis menilai orang itu tentu berpikir,” tutur Gus Yahya.
Sembari bercanda, Gus Yahya menerka penilaian Gus Dur terhadap dirinya.

"Muka kayak gini ini jangan-jangan nggak kuat ngampet korupsi..." pungkasnya dengan nada bercanda. ***

*Artikel ini telah tayang di LumajangNetwork dengan judul 'Kisah Gus Yahya yang ‘Digagalkan’ Gus Dur Jadi Anggota DPR, Tapi Malah Bersyukur'

Editor: Sholikhul Huda

Sumber: LumajangNetwork

Tags

Terkini

Terpopuler