Mbah Kerto Beli Pajero Pakai Uang Sekarung Asal Lumajang, Miliki Kisah Sempat Terjerumus di Dunia Hitam

- 16 Juli 2022, 23:59 WIB
Mbah Kerto Petani kaya raya asal Ranupane Lumajang
Mbah Kerto Petani kaya raya asal Ranupane Lumajang /Rifqi Danwanus/KABAR LUMAJANG

KlikBondowoso.Com - Membeli mobil Pajero cash dengan membawa uang sekarung, membuat Mbah Kerto terkenal di jagat maya.

Sebab videonya membuat banyak orang terkagum-kagum. Mbah Kerto yang lahir tahun 1919 ini adalah warga Ranupane, Lumajang, Jawa Timur.

Mbah Kerto beli Pajero pakai uang sekarung dan viral. Memang aslinya ia adalah orang yang kaya.

Dan ternyata dalam perjalanan hidupnya, Mbah Kerto sempat terjerumus ke dunia hitam. Namun di usia senjanya, ia adalah adalah seorang Milyarder.

Perjalanan hidupnya tak mulus. Banyak lika-liku hidup yang telah dijalaninya.

Kisah menuju kesuksesan itu sempat diwarnai terjerumusnya Mbah Kerto ke jurang dunia hitam.

Baca Juga: Mbah Ranu Kerto yang Viral Beli Mobil Pajero Pakai Uang Satu Karung, Seorang Petani Asal Ranupane Lumajang

Kala itu usia Mbah Kerto masih usia 40-an. Ia juga meninggalkan istri pertama dan memutuskan menikah lagi.

Kehidupan ini sempat dijalaninya sebelum pindah ke Desa Ranupani. Di kampungnya, Desa Argosari, Kerto muda sempat menjalani hidup sebagai penjudi, pemabuk, hingga maling.

Seperti dikisahkan KabarLumajang.com dengan judul 'Kisah Mbah Kerto 6: Pernah Hidup di Lingkaran Dunia Hitam'

Mbah Kerto mengaku kehidupannya dipenuhi jeratan hutang.

Panen lahannya di Argosari pun tak menjadikan berkah. Setiap kali panen, uang hasil kerja kerasnya habis untuk bayar hutang, berjudi dan minum-minuman.

Bahkan, seringkali dirinya melakukan aksi begal untuk memenuhi kebutuhan ekonominya yang kala itu sedang dalam masa terpuruk.

"Uang habis buat judi, panen gak berkah pokoknya," katanya.

Semasa itu, kehidupannya selalu dipenuhi bayang-bayang jeruji besi. Apalagi, kala itu jaman Petrus (penembak misterius) menjadi momok yang menakutkan bagi pelaku kriminal.

 Baca Juga: 4 Wakil Indonesia Melenggang ke Final Singapore Open 2022, Ini Jadwal Lengkap Badminton Minggu 17 Juli 2022

Tak tahan dengan kehidupan kelam itu, sekitar tahun 1976, ia kembali ke Ranupani dan memutuskan bermukim disana.

Di sini, ia mulai merintis usahanya lagi dengan cara yang sama yakni bertani.

Namun, situasinya sudah berubah. Kondisi ekonomi serba terbatas.

Mbah Kerto lalu mulai menekuni kembali dunia pertanian dan perdagangan mengikuti jejak sang ayah. Selama tujuh tahun ia harus tirakat membangun usahanya dari nol.

Saat itu Kerto bersumpah kepada dirinya sendiri akan tidur di luar rumah sampai dia bisa menyamai harta sang ayah dan saudara-saudaranya.

Padahal, suhu di Ranupane sangat dingin. Bahkan, di musim tertentu suhu bisa sampai 5 derajat celsius.

 Baca Juga: Tradisi Unik Pernikahan Suku Tidung, Pria yang Tak Bisa Menyanyi Tak Boleh Lihat Bagian Tubuh Istri Ini


"Dua tahun saya tidur di luar karena saya sudah sumpah kepada diri saya sendiri akan tidur di luar sampai diberikan kesuksesan," ceritanya.

Tahun 1983 kesuksesan demi kesuksesan mulai mendatanginya. Panen kentang pertamanya di Desa Ranupane dibagikan kepada warga berupa uang koin sebanyak 70 kilogram.

Rupanya, sedekah itu mengantarkannya lebih sukses lagi. Dari ladang yang sempit kurang dari 1 hektare, kini tahun demi tahun lahannya mulai bertambah luas hingga kini mencapai 30 hektare lebih.

"Itu belinya dulu lahan gak luas, tapi uang panen sedikit demi sedikit saya kumpulkan buat beli lahan hingga akhirnya sampai seluas itu," tutupnya.*** (Rifqi Danwanus/kabarlumajang.com)

Editor: Sholikhul Huda

Sumber: Kabar Lumajang


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah