Kultum Ramadhan 1444 H: Jangan Pernah Lupakan Kebaikan dan Jasa Orang Lain

7 April 2023, 18:24 WIB
Ilustrasi masjid. Doa dan Niat Zakat Fitrah Untuk Diri Sendiri, Anak, Istri, dan Keluarga, Lengkap Dengan Tulisan Arab, Latin, dan Artinya /Portal Purwokerto /Pexels/Sam Rana

klikBondowoso.com - Berikut ini ceramah singkat atau kultum Ramadhan 1444 H yang membahas mengenai kebaikan dan jasa orang lain yang jangan sampai dilupakan.

Dengan selalu mengingat jasa dan kebaikan orang lain maka akan menjadi pendorong agar kita selalu berusaha berbuat baik kepada sesama.

Di samping itu, kebaikan yang pernah kita lakukan agar jangan selalu diingat supaya kita bisa menjadi orang yang ikhlas.

Baca Juga: Jangan Puasa Ramadhan seperti Ini, Tak Dapat Ampunan Dosa dan Surga, Buya Yahya: Janji Allah

Mengenai bagaimana hal itu bisa kita lakukan, simaklah ceramah kultum Ramadhan 1444 H yang dilansir klikbondowoso.com dari ngaji.id berikut ini.

Demikian juga di antara sahabat atau orang yang ingin menebus tebusan adalah Jubair bin Muth’im radhiyallahu ‘anhu. Ketika dia masih musyrik, dia pergi ke Madinah untuk menebus tebusan. Di antara kerabatnya ada yang tertawan dalam Perang Badar, maka dia pun pergi ke Madinah ingin menebus tawanan tersebut. Kemudian ternyata dia mendapati Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang shalat maghrib dan sedang membaca surat Ath Thur. Hingga beliau sampai pada ayat;

أَمْ خُلِقُوا۟ مِنْ غَيْرِ شَىْءٍ أَمْ هُمُ ٱلْخَٰلِقُونَ

Baca Juga: Amalan Doa Sepanjang Bulan Suci, Buya Yahya: Hendaknya Dibaca Selama Bulan Ramadhan

“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?” (QS. At-Tur[52]: 35)

Jubair bin Muth’im berkata,

كَادَ قَلْبِى أَنْ يَطِيرَ

“Hampir-hampir jantungku lepas.”

Dan itu yang menjadi sebab dia tertarik dengan Islam. Kemudian akhirnya beliau pun masuk Islam. Kata beliau,

وَذَلِكَ أَوَّلَ مَا وَقَرَ الإِيمَانُ فِي قَلْبِي

“Itulah awalnya iman masuk ke dalam hatiku.” (HR. Bukhari No. 4023) [1]

Gara-gara mendengar satu ayat yang dibaca oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Mengingat Kebaikan Orang Kafir
Setelah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam selesai shalat maghrib, Jubair bin Muth’im pun menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (dia masih musyrik). Kemudian dia berkata, “Ya Rasulallah, aku ingin menebus tawananku dari kerabatku.”, maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:

لو كان المُطعم بن عديٍّ حيًّا ثم كلمني في هؤلاء لتركتُهم له

“Seandainya (Bapakmu) Al Muth’im bin ‘Adi masih hidup, kemudian datang berbicara kepadaku tentang ini (‘Hai Muhammad, bebaskan mereka!’) Aku akan bebaskan mereka seluruhnya.” (HR. Abu Dawud) [2]

Al Muth’im bin ‘Adi meninggal dalam kondisi musyrik. Tetapi dia punya jasa besar terhadap Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dia termasuk yang berjasa untuk pembatalan shahifah (الصحيفة) ketika terjadi pemboikotan terhadap Bani Hasyim (sebagaimana pernah kita jelaskan). Kemudian dia yang berbicara sehingga akhirnya surat perjanjian tersebut dirobek, dan akhirnya batallah pemboikotan tersebut.

Dia juga orang yang memberikan jaminan (suaka) ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kembali dari Tha’if. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak lupa dengan kebaikan orang lain, meskipun orang tersebut adalah orang kafir. Bahkan beliau berkata, “Seandainya (Bapakmu) Al Muth’im bin ‘Adi masih hidup, kemudian datang berbicara kepadaku tentang ini (‘Hai Muhammad, bebaskan mereka!’) Aku akan bebaskan mereka seluruhnya.”

Sebagaimana sudah kita sebutkan pada pertemuan yang sebelumnya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ingat dengan kebaikan Abul Bakhtari. Demikianlah seorang muslim seharusnya. Siapapun yang berbuat baik kepadanya, maka dia harus ingat. Jangan dia lupakan meskipun sudah berlalu bertahun-tahun dan meskipun dia ada di golongan musuh.

Mengingat Kebaikan Orang di Masa Lalu
Kalau dia pernah berbuat baik, ingatlah kebaikan tersebut. Bukan sebaliknya. Seseorang sudah pernah berbuat baik sama kita kemudian sudah lewat lima atau enam tahun, kita lupa karena sudah bertemu dengan teman-teman baru. Tidak benar seperti itu.

Jika ada orang yang pernah berbuat baik kepada kita, terutama di masa-masa sulit, harus kita ingat. Kita doakan mereka meskipun kita tidak pernah bertemu dengannya. Jangan kita lupakan mereka yang pernah punya jasa dalam kehidupan kita. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam saja tidak melupakan jasa orang-orang kafir. Apalagi orang-orang muslim yang punya jasa kepada kita di masa lalu di masa sulit kita. Maka jangan sampai kita lupakan.

Saya (Ustadz Firanda) punya kawan, yang sekarang adalah seorang milyarder. Dia pernah bercerita kepada saya bahwa dahulu saat dia masih sulit (miskin) dan tidak punya apa-apa, dia pernah bekerja menjadi tukang sampai akhirnya matanya kena serbuk kayu atau serbuk besi. Namun dia tidak mempunyai uang untuk menyembuhkan matanya.

Kemudian ada seorang temannya yang mempunyai sepatu baru dan temannya tersebut menjual sepatu barunya agar kawan saya itu bisa berobat. Sekarang dia telah menjadi milyarder, kemudian dia angkat kawannya tersebut menjadi orang yang penting di dalam perusahaannya.

Jadilah Orang yang Bersyukur
Jadi jangan lupa dengan kebaikan orang. Banyak orang yang baik yang berjasa banyak kepada kita. Kita tidak boleh melupakan itu semua. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ

“Tidak dikatakan bersyukur pada Allah bagi siapa yang tidak tahu berterima kasih pada manusia.” (HR. Abu Daud no. 4811 dan Tirmidzi no. 1954. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih) [3]

Lihatlah bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ingat kepada jasa-jasa orang kafir. Orang kafir yang bahkan datang dalam rangka untuk memerangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu Abul Bakhtari. Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingat kebaikannya. Maka bagaimana halnya dengan orang-orang yang baik dari kalangan orang muslim? Tidak boleh kita lupakan.***

Editor: Muhammad Irwanzah

Sumber: Ngaji.id

Tags

Terkini

Terpopuler