KlikBondowoso.com – Pada ulasan ini, Gus Baha menjelaskan jangan melaknat orang yang sering sholawatan tetapi tidak sholat.
Dikutip dari video pengunggah oleh YouTube SANTRI GAYENG pada 27 Desember 2021, berikut ini penjelasan Gus Baha.
Beliau menjelaskan, di zaman Nabi terdapat orang yang bernama Abdullah dikenal kala itu dengan sebutan Khimar.
“Rasul yang orangnya sering serius saja ketika melihat Abdullah ini sering tertawa,” kata Gus Baha.
Kerap sekali Khimar ini mabuk di masjidnya Nabi sampai sering ditanyakan kenapa mabuk di sini (masjid Nabi) kenapa tidak di jalanan saja.
Namun jawaban darinya adalah selalu, “Saya tidak pernah melihat Nabi itu mengeluh (melihatnya seperti ini).”
Akan tetapi, Rasul tetap profesional setiap santri yang melanggar perintah Allah tetap diberi hukuman.
Hukuman bagi seorang pemabuk dalam syariat Islam tidak memiliki batasan (ukurannya) sehingga Nabi terkadang memukul 20 atau 80 kali.
Biasanya menggunakan pelepah kurma (barid) atau sandal (ni’al), sehingga para sahabat sering memukul Khimar atas izin Rasul karena telah meminum minuman keras.
Tetapi Abdullah ini tidak jera, dan selalu dihukum oleh Rasul sampai yang memukul itu merasa bosan sangking seringnya Khimar berbuat salah.
Gus Baha melanjutkan ceritanya, singkat cerita ada sahabat yang berkata, “Wahai Khimar, kamu itu orang yang dilaknat Allah.”
Baca Juga: Tidak Sholat tapi Sering Sholawatan, Bagaimana Statusnya? Gus Baha: Itu Tidak Masalah
Seketika Rasul tidak suka mendengar ucapan itu membalasnya dengan, “Kamu jangan melaknat dia, karena dia suka dengan Allah dan Rasul-Nya (sholawat),”.
“Meskipun dia seorang peminum arak tetapi dia suka dengan Allah dan bersholawat kepada Rasul,” ujar Gus Baha.
“Nabi tidak mengeluarkan dia dari status mencintai Allah dan Rasul sebab dia maksiat,” sambungnya.
Itulah mengapa ahlusunnah sepakat bahwa orang yang maksiat bukan berstatus memusuhi Allah dan Rasul sebab maksiat itu memang bawaan dhaif (kelemahan) seluruh manusia.
Contoh ada suami yang memiliki anak empat dan istrinya yang setia namun suami tertarik dengan janda.
Kemudian ada orang yang menilai seperti ini, “Tertarik dengan janda sampai lupa anak dan istri,”.
“Padahal itu semua tidak benar, suami tersebut tidak sampai lupa dengan anak dan istrinya bahkan masih lancar menafkahinya,” ujar Gus Baha.
“cuman memang tidak bisa melupakan sebab itulah bawaan maksiat manusia atau kelemahannya dan itu wajar,” sambungnya.
Baca Juga: Gus Baha: Kalau Sekarang Masih Miskin Berbahagialah, KH Ahmad Bahauddin Nursalim Ungkap Alasannya
Kemudian ketika ditanya, “kenapa tidak kamu nikahi saja,”. Lalu dijawab oleh suami tersebut, “sungkan dengan anak,”.
Itu membuktikan bahwa dirinya tidak sampai lupa dengan anak istrinya akan tetapi disaat bersamaan memang tidak bisa melupakan si janda tersebut.
Gus Baha memberikan contoh yang lebih spesifik, terkadang kyai ahli fikih sering mengatakan apa gunanya sholawatan namun tidak sholat.
“Itu adalah hal yang tidak perlu dipermasalahkan, bisa jadi sholawat yang dilantunkan oleh orang tersebut membuatnya kelak sadar bahwa melaksanakan sholat fardhu itu kewajiban,” ucap Gus Baha.
“dan kita tidak akan pernah tau mungkin satu atau dua sholawatnya ini menjadi sebab dirinya mendapatkan hidayah,” sambungnya.
Allah itu Maha Mengetahui bahwa hamba-Nya ini punya sifat dhaif sehingga ahlusunnah mengatakan kesalahan itu ya kesalahan saja asalkan itu semua tidak menjadikannya benci dengan agama Islam.
Jadi tidak perlu menjadi seseorang yang suka berkomentar seakan-akan menjadi Tuhan yang bisa sampai melaknat orang lain.
Itu semua adalah kehendak Sang Maha Kuasa, sebagai makhluk-Nya tidak pantas untuk menilai buruk sikap orang lain.***