Lima Rukun Khutbah Jumat, Salah Satunya Memuji Kepada Allah SWT

- 30 Juli 2021, 16:41 WIB
Ilustrasi Khutbah Jumat/ Berikut naskah Khutbah Jumat singkat tentang muhasabah ditengah pandemi Covid-19
Ilustrasi Khutbah Jumat/ Berikut naskah Khutbah Jumat singkat tentang muhasabah ditengah pandemi Covid-19 /Unsplash.com/Rumman Amin

KlikBondowoso.Com – Kaifiyah atau tata cara khutbah Jumat diatur dalam fiqh ibadah umat Islam. Pidato Khutbah Jumat, tidak sama dengan pidato biasanya.

Sebab ada rukun yang harus terpenuhi. Ada lima rukun tata cara khutbah Jumat. Sedangkan khutbah sendiri, posisinya adalah wajib dalam pelaksanaan sholat Jumat.

Sebab salah satu syarat sah pelaksanaan sholat Jumat adalah didahului dua khutbah. Khutbah dilakukan sebelum sholat Jumat dikerjakan. Khutbah Jumat dilakukan dua kali, di antara khutbah pertama dan kedua dipisah dengan duduk.

Berikut liam rukun Khutbah Jumat dikutip KlikBondowoso.Com dari nu.or.id.

Pertama, memuji kepada Allah di kedua khutbah Rukun khutbah pertama ini disyaratkan menggunakan kata “hamdun” dan lafadh-lafadh yang satu akar kata dengannya, misalkan “alhamdu”, “ahmadu”, “nahmadu”.

Demikian pula dalam kata “Allah” tertentu menggunakan lafadh jalalah, tidak cukup memakai asma Allah yang lain. Contoh pelafalan yang benar misalkan: “alhamdu lillâh”, “nahmadu lillâh”, “lillahi al-hamdu”, “ana hamidu Allâha”, “Allâha ahmadu”.

Contoh pelafalan yang salah misalkan “asy-syukru lillâhi” (karena tidak memakai akar kata “hamdun”), “alhamdu lir-rahmân (karena tidak menggunakan lafadh jalalah “Allah”). Syekh Ibnu Hajar al-Haitami mengatakan:

 ويشترط كونه بلفظ الله ولفظ حمد وما اشتق منه كالحمد لله أو أحمد الله أو الله أحمد أو لله الحمد أو أنا حامد لله فخرج الحمد للرحمن والشكر لله ونحوهما فلا يكفي

“Disyaratkan adanya pujian kepada Allah menggunakan kata Allah dan lafadh hamdun atau lafadh-lafadh yang satu akar kata dengannya. Seperti alhamdulillah, ahmadu-Llâha, Allâha ahmadu, Lillâhi al-hamdu, ana hamidun lillâhi, tidak cukup al-hamdu lirrahmân, asy-syukru lillâhi, dan sejenisnya, maka tidak mencukupi.” (Syekh Ibnu Hajar al-Haitami, al-Minhaj al-Qawim Hamisy Hasyiyah al-Turmusi, Jedah, Dar al-Minhaj, 2011, juz.4, hal. 246)

Halaman:

Editor: Sholikhul Huda

Sumber: nu.or.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Pemilu di Daerah

x