“Allah Maha Mengetahui apa yang kita kerjakan. Enggak dilaporkanpun Allah SWT sudah tahu. Tapi ini menunjukkan suatu keistimewaan. Bagaimana Malaikat kemudian melihat amalan kita, menyampaikan kepada Allah langsung, bukankah itu kebanggaan,” kata Ustadz Adi Hidayat.
Oleh karena keistimewaan bulan Sya’ban itu, Rasulullah SAW sangat menginginkan ketika amalnya diangkat, disampaikan kepada Allah SWT, beliau sedang dalam keadaan berpuasa.
Nabi yang ma’sum, Nabi yang paling taqwa, Nabi yang paling dekat dengan Allah SWT, dipuji dan dijamin surga tapi masih mencoba meningkatkan kualitasnya. Mengapa kita tidak?.
Ustadz Adi Hidayat menjelaskan, mengapa puasa menjadi amalan istimewa bulan Sya’ban. Sebab dengan puasa kita akan terbiasa menjaga 2 hal:
1. Menjaga amal soleh kita
Dengan puasa di bulan Sya’ban maka konsistensi kita dalam menjaga amal soleh menjadi meningkat. Karena saat puasa , otomatis kita menjadi senang membaca Al Qur’an, ataupun sedekah.
2. Menjaga diri
Dengan puasa Sya’ban, kita menjadi lebih menjaga diri untuk tidak melakukan maksiat. Karena minimal kita takut batal puasanya.
Oleh karena itu, orang yang puasa amalannya cenderung baik. Nah kalau sudah baik, amalan kita disampaikan kepada Allah SWT dalam keadaan yang terbaik pula.
“Malaikat sampaikan, ya Allah si fulan puasa, ya Allah si fulan membaca Al Qur’an, ya Allah si fulan saat ini sedang sedekah,” tutur Ustadz Adi Hidayat.