Kenapa? Ia melakukan itu semua adalah dibarengi dengan kemaksiatan yang menghabiskan pahala. Jadi, sebagian orang tidak sadar bahwasanya kadang melakukan kebaikan dibarengi dengan kemaksiatan.
Harapannya adalah diterima kebaikannya, tapi kemaksiatannya telah menghabiskan pahalanya. Dapat apa dia? Dapat dosa malahan.
Maka dari itu, dalam kita berpuasa hendaknya kita bisa menghindarkan hal-hal yang bisa menjadikan Allah murka. Seperti tadi, menggunjing, mencaci, mengolok.
Lisan ini hendaknya kita jaga. Tidak mudah emosi. Kita latih di bulan Ramadhan sehingga nanti keluar dari bulan Ramadhan kita juga tetap dalam keadaan "normal". Tidak gampang terpengaruh dengan berita apa pun yang sampai ke telinga kita.
Sehingga, kita tidak memberikan reaksi yang negatif terhadap itu semua. Di antaranya adalah berkata bohong yang menjerumuskan atau melakukan suatu tindak kebohongan.
Seperti dijabarkan Nabi SAW:
"Barang siapa yang tidak meninggalkan bicara bohong, maka tidak ada perlunya bagi Allah untuk menerimanya (puasanya)."
Orang berbohong, naudzubillah. Sehingga menjadi kebiasaan sebagian orang itu, "Jangan bohong, lho ya, puasa." Itu sudah kalimat benar. "Jangan bohong, lho, lagi puasa." Karena berbohong menghabiskan pahala.
Cuman, ini jangan dipahami salah kalau tidak puasa boleh berbohong! Bukan begitu. Artinya, hendaknya kita sadar kita ini puasa. Kalau kita berbohong, akan sia-sia puasa kita. Sudah dosa, tidak dapat dapat pahala.
Dia meninggalkan makan minum tidak berguna, tidak Allah pandang, kenapa? Karena dia adalah orang yang suka berbohong.