Naskah Kultum atau Ceramah Singkat Ramadhan 2023: Sebab Hilangnya Pahala Puasa, Disampaikan oleh Buya Yahya

- 4 April 2023, 19:05 WIB
Ilustrasi masjid, Berikut Jadwal Imsakiyah Untuk Wilayah Kabupaten Pangandaran Lengkap Satu Bulan Ramadhan 2023
Ilustrasi masjid, Berikut Jadwal Imsakiyah Untuk Wilayah Kabupaten Pangandaran Lengkap Satu Bulan Ramadhan 2023 /Freepik

KlikBondowoso.com - Berikut adalah contoh naskah kultum atau ceramah singkat Ramadhan 2023M/1444 H.

Materi yang disampaikan dalam kultum atau ceramah singkat ini yaitu tentang sebab hilangnya pahala puasa.

Ceramah singkat ini pernah disampaikan oleh Buya Yahya dalam serial kultum yang ditayangkan kanal YouTube Al-Bahjah TV pada Ramadhan 1444 H.

Baca Juga: Materi Kultum Ramadhan tentang Tuntunan Zakat Fitrah atau Fithri

Berikut naskahnya seperti dikutip klikbondowoso.com dari video 'Sebab Hilangnya Pahala Puasa' di kanal YouTube Al-Bahjah TV.

Materi Kultum

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Yang kami cintai, kami muliakan, para perindu-perindu ridha Allah, para pencinta-pencinta Baginda Nabi Muhammad SAW.

Baca Juga: Materi Kultum Ramadhan Minggu Terakhir: Sikap Terbaik Hadapi Perbedaan Rakaat Sholat Tarawih

Ada hal yang tidak membatalkan puasa, akan tetapi dia menjadikan hilangnya pahala puasa. Sehingga, seorang hamba yang berpuasa itu tidak mendapatkan kecuali lapar dan dahaga.

Rukun puasa sudah jelas, itu puasa zahir. Akan tetapi, ada puasa batin. Dan Nabi menyebutkan tentang puasa batin, maknanya menjaga sesuatu yang menjadikan hilangnya pahala-pahala. Ini kan tersembunyi, pahalanya adalah hanya Allah yang tahu. Tidak terlihat. Bukan seperti kita beli kelihatan begitu, bukan.

Bisa jadi pahala ini terhapus karena perilaku-perilaku atau perbuatan-perbuatan yang tidak kita sadari.

Baca Juga: Materi Kultum Ramadhan tentang Tuntunan Zakat Fitrah atau Fithri

Baginda Nabi SAW menyebutkan, hadits dari Imam Abu Hurairah radhiyallahu ta'ala anhu, Rasulullah SAW bersabda:

الصيام جُنَّة

Artinya: “Puasa sebagai perisai.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Hendaknya yang namanya puasa itu bisa menjadi benteng, bisa menjadi tameng agar kita tidak masuk dalam kesalahan, kemaksiatan, dosa, dan neraka. Hendaknya seperti itu, dan kita sadar.

Maka, kalau kita berpuasa ini hendaknya kita menghindari dari kalimat-kalimat yang kotor, jorok, membangkitkan syahwat, menjadikan sebab pertikaian, m enjadikan seseorang bermaksiat. Menghindari melakukan sesuatu yang tidak pernah kita renungkan, padahal akibatnya itu membahayakan sekali. Menghindari kalimat yang menjadikan sebab orang bermusuhan, adu domba.

Di dalam berpuasa ini hendaknya puasa kita itu menjadikan kita waspada di dalam menjaga lisan kita. Ngomong kotor, naudzubillah. Memang puasanya tetap sah secara zahir, wong dia tidak makan, tidak minum, tidak menggauli istrinya. Tapi, dia ngomongnya kotor, tiap hari ngomong jorok, ngomongnya ngaco. Belum lagi ngomong yang menggunjing orang, mencaci orang, meremehkan orang.

Kadang ini tidak disadari, padahal itu menjadikan pahala itu terhapus. Bahkan, begitu pentingnya kita menjaga lisan kita agar kita tidak mengutuk di saat kita dizalimi sekalipun. Nabi mengajarkan jika seseorang itu diganggu, disakiti oleh seseorang atau dicaci oleh seseorang, jangan membalas dengan cacian.

Hendaknya dia menjawab , "Inni shaaimun, inni shaaimun (aku sedang puasa, aku sedang puasa)."

Dia hendaknya mengucapkan kalimat 'inni shaaimun' dua kali. Waktu mengatakan 'inni shaaimun' itu adalah harus dengan kekhususan.

'Inni shaaimun' yang pertama adalah memberitahu diri kita sendiri bahwasanya "Aku puasa, maka jangan balas dengan caci maki," begitu.

'Inni shaaimun' yang kedua memberitahu dia, "Saya itu puasa, tolong hentikan caci maki."

Nah, ini maknanya apa? Kita harus bisa menjaga dalam keadaan apapun. Khawatir kita terpancing emosi kita dengan kesalahan orang lain yang seharusnya kesalahannya hanya pada dia saja.

Cuman gara-gara kita kebawa emosi, agaknya kita menuruti emosi kita, lalu kita terpengaruh dengan kesalahannya dia. Dia mengolok, kita mencaci, hanya caci maki dan seterusnya. Hilanglah pahala kita.

Dari Abu Hurairah juga, diriwayatkan Baginda Nabi SAW bersabda:

"Alangkah banyaknya orang yang berpuasa tidak ia dapatkan kecuali hanya lapar dan dahaga."

Dan alangkah banyaknya orang yang bangun di tengah malam, yang ia dapat hanya capeknya begadang.

Kenapa? Ia melakukan itu semua adalah dibarengi dengan kemaksiatan yang menghabiskan pahala. Jadi, sebagian orang tidak sadar bahwasanya kadang melakukan kebaikan dibarengi dengan kemaksiatan.

Harapannya adalah diterima kebaikannya, tapi kemaksiatannya telah menghabiskan pahalanya. Dapat apa dia? Dapat dosa malahan.

Maka dari itu, dalam kita berpuasa hendaknya kita bisa menghindarkan hal-hal yang bisa menjadikan Allah murka. Seperti tadi, menggunjing, mencaci, mengolok.

Lisan ini hendaknya kita jaga. Tidak mudah emosi. Kita latih di bulan Ramadhan sehingga nanti keluar dari bulan Ramadhan kita juga tetap dalam keadaan "normal". Tidak gampang terpengaruh dengan berita apa pun yang sampai ke telinga kita.

Sehingga, kita tidak memberikan reaksi yang negatif terhadap itu semua. Di antaranya adalah berkata bohong yang menjerumuskan atau melakukan suatu tindak kebohongan.

Seperti dijabarkan Nabi SAW:

"Barang siapa yang tidak meninggalkan bicara bohong, maka tidak ada perlunya bagi Allah untuk menerimanya (puasanya)."

Orang berbohong, naudzubillah. Sehingga menjadi kebiasaan sebagian orang itu, "Jangan bohong, lho ya, puasa." Itu sudah kalimat benar. "Jangan bohong, lho, lagi puasa." Karena berbohong menghabiskan pahala.

Cuman, ini jangan dipahami salah kalau tidak puasa boleh berbohong! Bukan begitu. Artinya, hendaknya kita sadar kita ini puasa. Kalau kita berbohong, akan sia-sia puasa kita. Sudah dosa, tidak dapat dapat pahala.

Dia meninggalkan makan minum tidak berguna, tidak Allah pandang, kenapa? Karena dia adalah orang yang suka berbohong.

Maka, mari di bulan Ramadhan ini kita jaga lisan kita agar tidak berucap yang bohong, tidak mengucapkan kalimat yang menjadikan seseorang bermusuhan, menyakiti orang.

Tapi, harus kita sadari juga di zaman ini, ulama-ulama dulu mengatakan lisan itu ada dua: lisan yang berucap dan pena. Dikatakan bahwa pena adalah salah satu juga dari lisan. Maka, apa yang akan kita ketik di komentar-komentar waktu kita menyaksikan YouTube atau Facebook dan seterusnya. Apa yang kita tuliskan. Ketikan ini adalah salah satu juga dari lisan.

Maka, mari semua kita jaga, kita jaga, kita jaga! Sebisa mungkin. Ingat kalau kita lagi puasa, dan kita di bulan mulia, bulan Ramadhan. Dan semoga Allah memudahkan kita untuk meninggalkan segala hal yang menjadikan sebab pahala ibadah kita terhapus dan menjadikan murka Allah SWT.

Uhibbukum fillahi. Kami mencintai Anda semua karena Allah. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.***

Editor: Muhammad Irwanzah

Sumber: Al Bahjah TV


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah