Tatkala orang-orang Yahudi mengaku cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menuntut bukti dari mereka.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِى يُحْبِبْكُمُ ٱللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ
“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”.” (QS. Ali Imran: 31)
Tak jauh dari itu, pengakuan cinta seorang muslim kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga bukan omong kosong belaka.
Pengakuan tersebut butuh bukti yang nyata bahwasanya dia memang benar-benar cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Bukti-bukti itu yang pertama adalah beriman kepada apa yang beliau bawa.
Mentaati apa yang beliau diperintahkan, dan menjauhi apa yang beliau larang. Dan ini merupakan inti dari bukti cinta.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّـهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ