Ustadz Adi Hidayat Sikapi Metaverse Dari Sudut Pandang Islam, Berikut Penjelasannya

27 Januari 2022, 21:02 WIB
Ustadz Adi Hidayat /

KlikBondowoso.com - Saat ini kita sering mendengar adanya istilah metaverse, terutama pada perkembangan teknologi.

Metaverse dapat memudahkan manusia dalam banyak hal, dimana didalamnya terjadi interaksi layaknya dunia nyata.

Bahkan beberapa waktu lalu, Mark Zuckerberg mengubah nama Facebook menjadi Meta. Hal ini seiring dengan perkembangan teknologi tanpa batas ruang dan waktu.

Baca Juga: Saham Facebook Naik Setelah Berubah Nama Menjadi Metaverse

Melalui kanal Youtubenya, Ustadz Adi Hidayat membahas mengenai Metaverse dalam Timbangan Al-Quran dan Sunnah.

Yang dimaksud Metaverse ialah virtualisasi kehidupan sumber dari pancaran imajinatif yang didukung data sebenarnya.

"Jadi akar dari metaverse ini, sumbernya tetap pada daya imajinatif," katanya.

Daya imajinatif tersebut diwujudkan dalam virtual tetapi tetap berdasarkan pada kehidupan nyata.

Baca Juga: Satu-satunya 'Masjid' Yang Dihancurkan Di Jaman Nabi, Ini Penjelasan Ustadz Adi Hidayat

Sebelum menyimpulkan mengenai Metaverse, Ustadz Adi Hidayat menjelaskan beberapa istilah imajinasi yang menjadi sumber utama pada Metaverse.

Pada QS- Al Baqarah ayat 78 terdapat kata اَمَانِيَّ yang berarti “berangan-angan”.

"Kata “amaaniyy” yang berarti daya imajinasi yang dituangkan dalam kreasi tertentu, kemudian diyakini sebagai sesuatu yang nyata." jelasnya.

Sedangkan kata Tamanni merupakan harapan untuk mengerjakan sesuatu tetapi tidak mampu mewujudkan.

Lawan dari Amaaniyy, atau juga Tamanni adalah kata Taroji, yang berarti harapan untuk mengkreasikan sesuatu sifatnya positif tetapi mampu dicapai.

Baca Juga: Ziarah Kubur Dilarang, Ustadz Adi Hidayat Jelaskan Penyebabnya

Terkadang apa yang manusia imajinasikan tidak sama dengan aslinya.

"Didalam Al Quran diberikan gambaran proses masuknya informasi sampai ke pikiran dan jiwa terkadang menyisakan suatu ruang yang memberikan peluang bagi diri kita untuk mengimajinasikan sesuatu atau disebut khayalan," jelasnya.

Apa yang kita terima masuk ke dalam diri menjadi data lalu diikat oleh akal menjadi informasi. Informasi tersebut diteruskan kedalam jiwa dan menyisakan satu ruang yang akan memberikan peluang untuk menjadikan khayalan bersifat positif atau negative.

"Jika masuk kejiwa fujur atau sifat yang buruk, maka setan yang akan masuk menggoda manusia," katanya.

Jika bersumber dari setan maka angan-angan sifatnya kosong dan ketika disibukkan dengan berangan-angan jadi tidak sempat melakukan perbuatan nyata.

Baca Juga: Ustad Adi Hidayat Beberkan Cara Anak Miliki Kecerdasan Lebih, Latih dengan Amalan ini Sejak Dini

Didalam islam, jika metaverse hanya berfokus pada sisi duniawi dan mengabaikan ukhrawi maka tidak sesuai dengan sunnah.

"Ingat lo, dosa bisa berasal dari membayangkan atau berkhayal tentang sesuatu, apalagi sesuatu yahg buruk," jelasnya.

Ustadz Adi Hidayat mengingatkan bahwa manusia merupakan makhluk yang akan berpulang dan itu nyata bukan metaverse.

Tidak semua bisa dilakukan secara virtual, jika tidak sesuai dengan ajaran Islam maka bisa jadi justru berpotensi maksiat.

"Jika metaverse ini bisa mendukung perangkat-perangkat kebaikan yang dibenarkan secara Islam, maka bisa positif untuk digunakan. Tapi kalau dunia riil yang baik-baik itu dibawa kedalam metaverse sehingga menjadi virtual dan tidak berfungsi sebagaimana fitrahnya, benarnya, asalnya, tentunya hal demikian musti kita hindari," pungkasnya.***

Editor: N.A Pertiwi

Sumber: You Tube

Tags

Terkini

Terpopuler