Rebo Wekasan Ternyata Bukan Ajaran Nabi Muhammad tapi Orang Ini, Buya Yahya: Tidak Ada Petunjuk dari Nabi

- 15 Desember 2022, 19:40 WIB
Buya Yahya saat menjelaskan seseorang yang memukul anak berlebihan adalah orang yang sakit.
Buya Yahya saat menjelaskan seseorang yang memukul anak berlebihan adalah orang yang sakit. /YouTube/Al-Bahjah TV

klikBondowoso.com - Rebo Wekasan merupakan salah satu tradisi atau ritual yang rutin dilakukan oleh sebagian besar masyarakat.

Rebo Wekasan atau disebut juga dengan Rebo Pungkasan adalah sebutan untuk hari Rabu terakhir di bulan Sapar pada kalender Jawa.

Tujuan dari Rebo Wekasan itu sendiri adalah untuk menolak bala penyakit atau musibah, dengan cara memohon perlindungan kepada Allah SWT.

Biasanya, ritual ini akan diisi dengan tahlilan, selametan, kenduri, sholat sunnah lidaf'il bala berjamaah, dan lain sebagainya.

Namun ternyata, tradisi Rebo Wekasan ini bukanlah ajaran Nabi Muhammad SAW. Sehingga ada sebagian orang yang enggan melakukannya.

Terkait hal tersebut, Buya Yahya menerangkan bahwa tradisi Rebo Wekasan adalah dari seseorang ini yang dipercaya.

Siapakah orang tersebut, dan bagaimana hukumnya dalam Islam mengikuti tradisi Rebo Wekasan?

Berikut penjelasan lengkap dari Buya Yahya yang dilansir KlikBondowoso.com dari kanal YouTube Al-Bahjah TV yang diunggah 7 November 2017.

Buya Yahya menyebut jika Rebo Wekasan bersumber dari sebuah cerita tentang orang sholeh yang mendapatkan ilham terkait turunnya bala penyakit atau musibah.

"Tidak ada petunjuk dari Nabi kalau kita harus mengamalkan amalan di Rebo Wekasan," kata Buya Yahya.

"Akan tetapi cerita tentang Rebo Wekasan ini adalah cerita tentang ada seorang sholeh mendapatkan berita bahwasannya di hari itu akan turun penyakit, maka mintalah perlindungan dari Allah untuk bisa dijauhkan dari penyakit, termasuk sholat hajat atau yang lainnya," terangnya.

"Kalau dari Nabi tidak ada, cuman kalau sudah katanya ulama selagi tidak bertentangan dengan ajaran Nabi tidak bisa kan kita langsung bid'ah. Mungkin seorang alim tersebut adalah seorang yang sholeh, mendapatkan ilham, mendapatkan berita bahwasannya hari itu ada sesuatu yang tidak baik, kemudian yang diperintahkan pun melakukan kebaikan bukan melakukan keharaman," imbuhnya.

Dari penjelasan Buya Yahya tersebut maka, tradisi Rebo Wekasan ini sebenarnya sah-sah saja dilakukan.

Asalkan amalan-amalan di dalamnya tidak bertentangan dengan syariat Islam. Sebab sejatinya, sholat tolak balak tersebut berlandaskan pada ajaran Nabi berupa sholat hajat.

"Kalau anda mempercayai guru anda, seorang yang sholeh, boleh-boleh saja anda lakukan akan tetapi yang anda lakukan tentunya dasarnya adalah Nabi bukan dasarnya ilham, ilham penghantar kepada sunnah Nabi," terang Buya Yahya.

"Kalau anda mempercayai ilhamnya sang alim, anda boleh ikuti dengan catatan tidak bertentangan dengan syariat," ujarnya.

Itulah penjelasan Buya Yahya tentang asal muasal Rebo Wekasan beserta penjelasan bagaimana hukumnya mengikuti tradisi tersebut. ***

Editor: Muhammad Irwanzah

Sumber: Al Bahjah TV


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah