Dilansir klikbondowoso.com dari kanal YouTube Al-Bahjah TV yang diunggah 1 September 2016, berikut penjelasan Buya Yahya.
"Puasa Arafah adalah di tanggal 9, bukan tanggal 9 di waktu orang wukuf di Arafah," ujarnya.
Menurut Buya Yahya, pelaksanaan puasa Arafah bisa berbeda-beda di setiap tempat tergantung kapan hilal di tempat tersebut muncul.
"Mungkin berbeda dengan orang wukuf di sana, mungkin kita maju, kita mundur, ikut di tanggal hilal masing-masing," katanya.
"Bukan langsung jadi kaidah. Sekarang standarnya orang wukuf di Arafah, oh tidak begitu. Semuanya punya hilal masing-masing. Kalau hilal kita terbit lebih dahulu, berarti kita puasa tanggal 9 lebih dulu daripada orang yang wukuf di Arafah, sebab kita punya matlah yang berbeda-beda," jelas Buya Yahya.
Namun, ada sebagian orang berpikiran harus menyamakan puasa Arafah dengan orang yang wukuf di Mekah. Padahal itu adalah hal yang keliru dan harus diluruskan.
"Sesuai kapan hilal itu terbit baru diikuti setelah itu dan tidak usah sok lebih hebat dari ulama, lalu mengatakan kaidahnya adalah wukuf, kalau wukuf di Arafah yang bener hari itu kita harus puasa. Oh tidak, semua punya hari masing-masing sesuai hilal yang dilihat di hari itu," tegas Buya Yahya.***