Tragedi Gerbong Maut: Nasib Tragis 46 Pejuang Bondowoso saat Agresi Militer 1, Belanda Lakukan Hal Kejam Ini

- 15 Juli 2022, 08:29 WIB
Monumen gerbong maut Bondowoso, jejak agresi militer 1 Belanda.
Monumen gerbong maut Bondowoso, jejak agresi militer 1 Belanda. /

KlikBondowoso.com - Nasib tragis menimpa puluhan pejuang asal Kabupaten Bondowoso dalam tragedi gerbong maut pada agresi militer 1, Juli 1947 silam.

Upaya agresi militer 1 yang dilakukan oleh Belanda itu menewaskan hingga 46 pejuang dari Bondowoso.

Belanda menyisir dari Kabupaten Situbondo, Bondowoso, Jember hingga ke Surabaya.

Baca Juga: Terkuak Siapa Bandung Bondowoso Bagi Roro Jonggrang, Awalnya Menolak Untuk Dinikahi dan Berakhir Seperti Ini

Group Apresiasi Seni (GAS) Bondowoso melakukan riset untuk kebutuhan pementasan.

Organisasi seni yang terbentuk sejak 1978 ini rutin memainkan drama kolosal tragedi gerbong maut sejak era Presiden Soeharto.

Tragedi gerbong maut dipentaskan setiap November untuk memperingati Hari Pahlawan dan juga peristiwa tragis itu sendiri.

Baca Juga: Mengenal Ajian Paling Sakti dan Ampuh Asli Dari Tanah Jawa, Terbukti Hingga Saat Ini Cek Daftarnya

"Kami riset berdasar penuturan langsung dari keluarga almarhum para pejuang. Rata-rata ke anaknya," kata Ketua GAS Bondowoso, Junaidi pada KlikBondowoso.com, Jumat 15 Juli 2022.

"Kami bukan sejarawan, hanya melakukan riset untuk kebutuhan pementasan," sambungnya.

Pada agresi militer 1 itu, Belanda mulanya turun di Situbondo, kemudian bergerak ke Jember melalui dua jalur.

Baca Juga: Apa Budaya Khas Korea Selatan? Berikut 5 Budaya Yang Masih di Lakukan Oleh Masyarakat Negeri Ginseng

“Koloni 1 tujuannya Situbondo - Bondowoso - Jember, sementara koloni 2 dari Situbondo - Probolinggo - Lumajang – Jember,” katanya.

Kemudian, pada Senin 20 Juli 1947 sore, Belanda berhasil menguasai pabrik gula (PG) Prajekan Bondowoso juga Markas Batalyon pasukan Semut Merah.

Belanda lalu memutuskan bermalam di sana.

Baca Juga: Adab Yang Harus Dilakukan Saat Menunaikan Ibadah Haji di Tanah Suci, Kunci Agar Menjadi Haji Mabrur

“Selasa, 21 Juli 1947 pagi, pasukan Belanda dari PG Prajekan menuju ke Bondowoso. Di perjalanan itu terjadi pertempuran, termasuk di Kecamatan Tapen, Klabang, Wonosari dan lainnya,” tutur pria 46 tahun tersebut.

Belanda berangkat mengendarai kendaraan truk-truk dan didampingi pesawat-pesawat tempur dari jalur udara.

"Pada siang harinya, pusat pemerintahan Bondowoso berhasil dikuasai," ungkap warga Desa/Kecamatan Curahdami ini.

Baca Juga: Siapapun Mendapatkan Ajian Bandung Bondowoso, Ini Cara Mendapatkan Ilmu Kanuragan Jawa Tingkat Tinggi

Situasi itu membuat para pejuang yang ada di gunung putri berkoordinasi ingin merebut Bondowoso kembali dengan cara perang gerilya.

Pos-pos Belanda disabotase oleh para pejuang Bondowoso.

Belanda kewalahan dan melakukan penangkapan kepada para pejuang, dengan tuduhan sebagai ekstrimis.

Baca Juga: Ini Jumlah Gol Matheus Pato di Piala Presiden 2022 Usai Arema FC vs Borneo FC Samarinda Leg 1 Partai Final

"Yang ditangkap dari golongan tentara, kelaskaran, rakyat biasa dan politisi. Mereka ditangkap dan dijebloskan ke penjara," tuturnya.

Belanda dapat mengamankan sekitar 700 rakyat Indonesia dan dipenjara sementara di masing-masing kecamatan, memanfaatkan gudang, kantor pos dan lainnya.

Para pejuang lalu dihimpun untuk dipenjarakan di penjara pusat kota Bondowoso.

Baca Juga: Live Score Arema FC vs Borneo FC Samarinda Final Piala Presiden 2022 Leg 1 di Stadion Ini

“Karena penuh, Belanda mengirim tahanan ke penjara Kalisosok Surabaya untuk dipekerjakan," ungkapnya.

Tragedi Gerbong maut sebenarnya kiriman ketiga, bukan yang pertama.

Pada pengiriman tahanan pejuang pertama dan kedua tidak ketat.

Baca Juga: Rahasia Ajian Bandung Bondowoso Kanuragan Jawa Tingkat Tinggi, Warisan Nabi Sulaiman?

Di setiap stasiun kereta api disediakan air yang diberikan kepada tahanan yang merupakan para pejuang Bondowoso.

Sedangkan di pengiriman ketiga sangat ketat karena pergerakan masif dari para pejuang Indonesia.

“Jadi Belanda tidak ambil risiko untuk membuka gerbong. Pada pengiriman ketiga, dibawa 3 gerbong. Gerbong 1 namanya GR 5769 berisi 32 orang, GR 4416 berisi 30 orang, dan GR 10152 berisi 38 orang," terangnya.

Baca Juga: Hasil Singapore Open 2022 Hari Ini:Fajar Alfian/Rian Ardianto Lolos ke Perempat Final

Sesampainya stasiun Kalisat Jember, ada pergantian lokomotif kecil ke lokomotif yang lebih besar.

"Nahasnya, para pejuang yang disandera terjemur 1-2 jam di dalam gerbong saat terik matahari," sebutnya.

Kesaksian keluarga dari pejuang di dalam gerbong 1 dan 2, bahwa di gerbong 3 kala itu sudah tidak ada suara.

Baca Juga: Update! Hasil Singapore Open 2022: Jonatan Christie dan Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Gagal ke Perempat Final

"Sedangkan di gerbong 1 dan 2 masih ada yang menjerit minta agar pintu dibuka,” kisahnya.

Kereta api 3 gerbong itu pun sampai di Wonokromo Surabaya sekitar pukul 20.00 WIB.

Saat gerbong dibuka, puluhan pejuang gugur di dalam gerbong.

Baca Juga: Head to Head Arema FC vs Borneo FC Jelang Final Leg 1 Piala Presiden 2022

"Gerbong 1 selamat semua, di gerbong 2 meninggal 8 orang dan gerbong 3 yang berisi 38 orang seluruhnya meninggal dunia. Jadi total ada 46 pejuang meninggal," ucapnya.

Jenazah para pejuang tersebut awalnya dimakamkan di Sidoarjo.

Kemudian pada 10 November 1960 dipindah ke makam pahlawan Kota Kulon Bondowoso.***

Editor: Deni Ahmad Wijaya

Sumber: GAS Bondowoso


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x