Kultum Ramadan Hikmah Menciptakan Manusia sebagai Khalifah di Muka Bumi

25 Maret 2023, 00:27 WIB
Ilustrasi masjid dan Al Quran: Sunnah Rasulullah saw. saat bulan Ramadhan /Alena Darmel/Pexels/ /

KlikBondowoso.com – Manusia diciptakan oleh Allah SWT untuk hidup di muka bumi ini dengan dibekali tugas.

Pada teks kultum Ramadan ini dijelaskan selain beribadah, manusia juga dijadikan sebagai khalifah atau pemimpin di bumi dibandingkan makhluk lainnya.

Manusia diberikan pikiran dan akal sehingga mampu mengelola dan memakmurkan bumi dengan kemampuannya.

Baca Juga: Kultum Ramadhan Singkat 2023, Mungkin Ini Ramadhan Terakhir Kita

Bumi beserta isinya ini harus dikelola dengan baik untuk mensejahterakan umat manusia secara keseluruhan.

Dikutip KlikBondowoso.com dari laman UNIDA Gontor, berikut naskah kultum Ramadan yang menerangkan penciptaan manusia sebagai khalifah, oleh Al Ustaz K.H. Hasan Abdullah Sahal.

Dalam kesempatan kali ini saya akan berbicara tentang imsak, tentang menahan diri, yang merupakan salah satu sisi dari puasa di bulan Ramadan.

Baca Juga: Kultum Ramadhan, Sedihnya Wanita Haid pada Bulan Ramadhan

Kalau manusia ini, mengaktifkan imsak-nya dalam kehidupan, tidak akan ada perkelahian, tidak ada orang yang sombong maupun kecil hati.

Orang menjadi takut, menjadi minder, karena manusia banyak yang tidak mau melakukan “imsak”.

Mari kita telaah ayat Al Quran yang berbicara tentang penciptaan manusia:

“وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ” (30)

Artinya: Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” QS Al-Baqarah: 30

Jadi, Allah SWT sudah tahu bahwasannya nanti dunia ini perlu ada khalifah. Ya khalifah itu adalah manusia yang menjadi pemimpin yang memakmurkan kehidupan ini.

Malaikat berkata, “Kurang apa pengabdian kami, kurang apa puja-puji kami, Ya Allah Nusabbihu bihamdika wa nuqaddisu lak, mengapa harus ada khalifah lagi?”

Allah mempertegas, innii a’lamau maa laa ta’lamuun. Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui.

Perbedaan antara manusia dan ciptaan lainnya

Ada perbedaan antara manusia dengan hewan, dengan tumbuh-tumbuhan, dengan alam semesta; langit, bumi, laut, sungai, danau. Ada perbedaan. “Kamu tidak tahu, wahai malaikat.”

Di mana perbedaannya? Wa allamal aadama asmaa’a kullaha. Ini makhluk yang bisa diajar sedangkan malaikat tidak diajar. Malaikat itu ya’maluuna ma yu’maruun, menjalankan apa yang diperintahkan.

Namun manusia berbeda.

Orang-orang yang sombong, pintar, kaya, sering kali takabur dengan kelebihannya. Padahal mereka memiliki kekurangan.

Orang yang memiliki harta, tahta, berita, senjata, kereta, dan ta ta lainnya, sombong. Seakan itu yang membuat mereka jaya. Tidak. Tidak.

Manusia itu dibuat lemah dan malaikat tahu itu.

Waktu melihat penciptaan manusia, malaikat tahu bahwa ini adalah makhluk yang tidak betah dengan ujian; khalqun la yatamaalak.

Namun akhirnya malaikat menyerah, dengan menyadari bahwa ia tidak mengetahui apa yang Allah mengetahui.

Lalu malaikat diminta menonton betapa keunggulan manusia, bisa diuji dan lulus dalam ujian.

Malaikat diminta untuk sujud

Lalu malaikat diminta untuk sujud. Wa idz qulnaa lil malaaikatisjuduu liaadama fasajaduu, Malaikat taat, nurut, tahu diri. Malaikat tahu diri bahwa derajatnya lebih rendah dari manusia.

Celakanya, banyak manusia yang tidak tahu diri, akhirnya ia tidak mau merendah diri. Disuruh sujud, tidak mau. Disuruh nurut, tidak mau. Itu penyakit iblis. Fasajaduu illa iblis.

Apa sebabnya iblis tidak mau sujud? Abaa wastakbara.

Seolah iblis mengatakan “Apa? Sorry deh. Saya kok disuruh sujud.” Iblis berkata Khalaqtanii min naariin, wa khalaqtahu min tiin. “Saya kan diciptakan dari api, sedangkan manusia dari tanah.”

Maka, takabur dan abaa ini termasuk sifat-sifat orang kafir.

Ketakaburan orang kafir itu apa? Dia tidak mengakui ketuhanan Allah SWT. Dia dibuat hidup, dikasih nyawa, tapi tidak mengakui.

Maka, kalau ada orang bertakabur, maka dia orang yang terkena penyakit iblis.***

Editor: Muhammad Irwanzah

Sumber: UNIDA Gontor

Tags

Terkini

Terpopuler