Dapat ditambah lagi bahwa tidak mungkin segala kondisi/cara/usaha yang dapat mendatangkan rezki ketika kondisi/cara/usaha ada dianggap sebagai sebab untuk mendatangkan rezki, sekaligus tidaklah mungkin dianggap kalau seseorang melakukan usaha bahwa dialah yang mendatangkan rezki untuk dirinya sendiri berdasarkan perantaraan usaha tersebut, karena hal yang demikian itu bertentangan dengan nash al qur’an yang qath’i tsubut dan qath’i dilalah.
Karena itu maka hakikat yang wajib diterima oleh seorang muslim adalah pernyataan rezeki berasal dari Allah dan bukan dari manusia.
Banyak ayat-ayat yang menunjukkan dengan jelas tidak menerima penta’wilan, bahwasanya rezki jelas dari Allah Swt semata bukan dari manusia.
Dan hal ini menjadikan kita harus memastikan terhadap apa yang kita saksikan berupa wasilah-wasilah dan cara-cara untuk mendatangkan rezeki, melainkan ia hanya kondisi-kondisi yang bisa mendatangkan rezeki.Allah Swt berfirman :
كُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللهُ
“Makanlah dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu”. (Al An’am, 142)
Dan firman Allah :
الَّذِي خَلَقَكُمْ ثُمَّ رَزَقَكُمْ
“yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezki”. (Ar Rum, 40)
Kemudian firman Allah :
أَنْفِقُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللهُ
“Nafkahkanlah sebahagian dari rezki yang diberikan Allah kepadamu”. (Yasin, 47)
Selanjutnya firman Allah :