Najwa Shihab Deteksi Ada Anosmia Empati Menimpa Pejabat, Saat Pandemi Covid-19

- 18 Juli 2021, 14:23 WIB
Najwa Shihab Kritik Tingkah Laku Para Pejabat yang Melakukan Ulah Tak Sewajarnya
Najwa Shihab Kritik Tingkah Laku Para Pejabat yang Melakukan Ulah Tak Sewajarnya /YouTube

KlikBondowoso.Com - Salah satu gejala yang banyak dirasakan masyarakat, ketika merebaknya Covid-19 varian delta adalah anosmia.

Banyak masyarakat yang mengalaminya. Gejala anosmia adalah gejala hilangnya indra penciuman.

Najwa Shihab mengungkapkan gejala anosmia atau hilang rasa tidak hanya menjangkiti masyarakat, namun juga para pejabat.

"Salah satu gejala Covid-19 yang banyak dialami pasien adalah hilang rasa atau anosmia. Tidak bisa mengecap dan mencium aroma," terangnya dikutip KlikBondowoso.Com dari instagram @najwashihab, pada Minggu 18 Juli 2021.

Pihaknya melanjutkan jika gejala yang sama seang dialami beberapa pejabat negeri ini.

"Hilang rasa juga," tegasnya.

Hanya saja, hilang rasa itu bukan indra fisik. Namun rasa untuk peduli, rasa untuk berempati, bahkan bersimpati.

Baca Juga: Menderita Hypersomnia, Pria di India Tidur Selama 25 Hari

"Contohnya, Lurah yang malah menggelar pesta pernikahan putrinya pada hari pertama pelaksanaan PPKM Darurat," terangnya.

Ada juga anggota dewan yang ngeyel menolak dikarantina padahal baru datang dari luar negeri.

Dalam video yang diunggah Najwa Shihab, pejabat itu adalah Guspardi Gaus, Anggota Pansus Otsus DPR RI, Fraksi-PAN Dapil Sumatera Barat (Sumbar) I.

Dalam sebuah rapat di DPR RI, Guspardi Gaus mengungkapkan ia baru saja pulang dari Kyrgyzstan.

"Saya semalam baru pulang dari Kyrgyzstan. Saya cemas juga semalam. Mau diinapkan di hotel. Dan memang cara-cara yang dilakukan tidak baik oleh departemen kesehatan," ungkap Guspardi Gaus dalam cuplikasi video.

Selain itu, ada anggota DPR RI yang meminta pemerintah membuat rumah sakit khusus untuk pejabat. Yakni Dr. Rosaline Irene Rumaseuw, M.Kes, Wakil Sekjen PAN.

Baca Juga: Tata Cara Sholat Idul Adha di Rumah, dari Pengurus MUI Pusat

"Pemerintah lupa, bahwa harus menyediakan fasilitas kesehatan bagi pejabat negara. Pejabat negara harus diistimewakan. Ia harus ditempatkan untuk memikirkan negara dan rakyatnya. Bagaimana sampai ia datang ke emergency terus terlunta-lunta. Saya sedih," tegasnya.

Tanpa ada sungkan, pejabat ini meminta supaya pejabat diistimewakan.

"Yah, kita ngerti, lah, ya, kalau kondisi orang berbeda-beda. Ada yang kaya, ada yang miskin, ada yang jadi pejabat, ada yang jadi jelata," ujar Najwa.

Menurut Najwa, dalam kondisi normal, kita bisa memberi pengertian. Kenapa para pejabat itu dikawal patwal, nyalain sirine di jalan misalnya.

"Mereka kan sibuk, ngurusin kita-kita yang rakyat inikah? Ngertilah kita, selalu pengertian kok kita ini," kata Najwa menyindir.

Dengan tegas Najwa Shihab mengatakan jika dalam kondisi gawat, prirotas bukan lagi dilandaskan oleh plat nomor mobil atau jabatan.

Baca Juga: Akhir Bahagia Perjalanan 500 Ribu Kilometer, Sang Ayah Bertemu Anaknya yang Hilang Diculik

"Dalam kondisi darurat, prioritas dihitung pada kegentingan. Mana yang lebih gawat kondisinya, mana yang lebih rentan, mana yang lebih urgen menerima bantuan," tegasnya.

Adanya pejabat yang meminta keistimewaan, ternyata tidak hanya satu. Namun ada beberapa.

"Pak/Buk, mohon maaf nih, kita-kita enggak mau dengar ada yang teriak-teriak, Please, saya butuh oksigen untuk bapak saya. Tolong, saya butuh kamar rumah sakit untuk ibu saya. Adik saya butuh plasma darah. Saya mohon ada ambulans yang mengantar jenazah kakak saja," tegas Najwa.

Intinya bukan hanya pejabat, seluruh rakyat juga tidak ingin mendengar ICU penuh, UGD penuh, puskesmas penuh.***

Editor: Sholikhul Huda

Sumber: Instagram


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x