Gelombang Panas Ancam Dunia, China Akan Jadi Salah Satu Terdampaknya

- 9 November 2021, 17:25 WIB
Ilustrasi gelombang panas.
Ilustrasi gelombang panas. /Pixabay/Gerhard G

KlikBondowoso.com - Kantor Met Inggris di KTT COP26 merilis sebuah penelitian yang menyatakan tentang gelombang panas esktrem. Gelombang panas ini akan berefek setidaknya kepada sebanyak 1 miliar orang

Puncak gelombang panas akan semakin ekstrem jika terjadi suhu global naik walau hanya 2 derajat celcius.

Gelombang panas ini akan akan berefek pada kondisi beberapa tempat di dunia. salah satu tempat yang akan sangat terpengaruh yaitu China.

Dikarenakan China adalah negara terpadat didunia, sehingga diprediksi akan menjadi tempat paling mematikan di dunia saat gelombang panas ekstrem terjadi.

Negara-negara didunia mengadakan konferensi perubahan iklim atau Cop26. Tujuan Cop26 ini adalah untuk menjaga peluang membatasi pemanasan global hingga 1,5C, tetapi para delegasi mengatakan ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mencapai ini di minggu terakhir KTT.

Setelah suhu ini mencapai 35 derajat celcius, tubuh manusia tidak dapat mendinginkan dirinya sendiri dengan berkeringat dan bahkan orang sehat yang duduk di tempat teduh akan mati dalam waktu enam jam.

Baca Juga: Atta Halilintar Kunjungi Rumah Raja Dangdut Rhoma Irama, Bikin Proyek Bersama

Analisis Met Office menggunakan batas suhu bohlam basah 32 derajat celcius, di mana pekerja harus beristirahat secara teratur untuk menghindari kelelahan akibat panas, setidaknya selama 10 hari dalam setahun. Kantor Met menilai suhu bola basah, yang menggabungkan panas dan kelembaban.

Jika upaya untuk mengakhiri darurat iklim gagal dan suhu naik 4C, setengah dari populasi dunia akan menderita tekanan panas yang ekstrem ini.

Panas adalah dampak paling jelas dari pemanasan global dan panas ekstrem di kota-kota di seluruh dunia telah meningkat tiga kali lipat dalam beberapa dekade terakhir, menurut sebuah penelitian baru-baru ini.

Pada musim panas 2020, lebih dari seperempat populasi AS menderita efek panas yang ekstrem, dengan gejala termasuk mual dan kram.

Setidaknya 166.000 orang meninggal karena gelombang panas di seluruh dunia dalam dua dekade hingga 2017, menurut Organisasi Kesehatan Dunia.

Pemerintah Inggris telah berulang kali diperingatkan oleh penasihat iklim resminya bahwa negara itu 'sangat tidak siap' untuk peningkatan panas, terutama di lokasi yang rentan seperti rumah sakit dan sekolah.

Analisis Met Office berasal dari penelitian dari proyek Helix yang didanai Uni Eropa, yang juga memetakan peningkatan risiko banjir sungai, kebakaran hutan, kekeringan, dan kerawanan pangan.

Baca Juga: Atta Halilintar Kemalingan, Bikin Sayembara yang Bisa Menemukan Dapat Hadiah Besar

Hampir seluruh dunia yang berpenghuni dipengaruhi oleh setidaknya satu dampak.

“Salah satu dari dampak iklim menghadirkan visi masa depan yang menakutkan. Tapi, tentu saja, perubahan iklim yang parah akan mendorong banyak dampak, dan peta kami menunjukkan bahwa beberapa wilayah akan dipengaruhi oleh banyak faktor," ungkap Andy Wiltshire, di Met Office, seperti dikutip KlikBondowoso.com melalui Pikiran-Rakyat.com dari The Guardian.

Negara-negara tropis termasuk Brasil, Etiopia, dan India paling terpukul oleh tekanan panas ekstrem, dengan beberapa bagian didorong ke batas kemampuan hidup manusia.

“Peta-peta ini mengungkapkan area di dunia di mana dampak paling parah diproyeksikan terjadi. Namun, semua wilayah di dunia – termasuk Inggris dan Eropa, diperkirakan akan terus mengalami dampak perubahan iklim," ungkap Prof Albert Klein Tank, direktur Met Office Hadley Centre.

Para ilmuwan telah memperingatkan tentang tingkat panas dan kelembaban yang mematikan selama beberapa tahun.

Sebuah studi tahun 2015 menunjukkan Teluk di Timur Tengah, jantung industri minyak global, akan mengalami gelombang panas di luar batas kelangsungan hidup manusia jika perubahan iklim tidak terkendali.

Tempat paling mematikan di planet ini untuk gelombang panas masa depan yang ekstrem adalah dataran China utara, salah satu daerah terpadat di dunia dan daerah penghasil makanan terpenting di negara besar itu, menurut penelitian 2018.***

Editor: N.A Pertiwi

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah