Cinta pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam harus dibuktikan, bukan sekadar klaim semata. Ada orang yang mengaku cinta pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun kenyataannya itu hanya klaim di lisan.
Sekarang kita akan lihat apa saja tanda tidak cinta pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, semoga kita bisa memahami sehingga bisa menjauhinya.
Pertama: Tidak membenarkan berita dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Padahal Allah Ta’ala berfirman,
وَالنَّجْمِ إِذَا هَوَى (1) مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَى (2) وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى (3) إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى (4)
“Demi bintang ketika terbenam. Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru. Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS. An-Najm: 1-4)
Harusnya setiap apa saja yang dibawa oleh Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam diimani, setiap berita yang beliau sampaikan tidak diingkari. Misalnya berkenaan dengan masalah hukum dan hari kiamat.
Berita semacam hadits berikut ini, pokoknya diimani dan diterima tanpa mempertentangkannya dengan logika kita.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا وَقَعَ الذُّبَابُ فِى شَرَابِ أَحَدِكُمْ فَلْيَغْمِسْهُ ، ثُمَّ لِيَنْزِعْهُ ، فَإِنَّ فِى إِحْدَى جَنَاحَيْهِ دَاءً وَالأُخْرَى شِفَاءً