KlikBondowoso.com-Kasus pembunuhan Brigadir Joshua yang kerap disapa Brigadir J tersebut masih dalam proses penyelidikan lebih lanjut.
Pasalnya, pihak keluarga sempat tak terima lantaran mayat Brigadir Joshua memiliki bekas sayatan di mayat korban.
Bekas sayatan tersebut membuat pihak keluarga mengira adanya penganiayaan terhadap Brigadir Joshua, namun begini pendapat Albertus Wahyurudhanto selaku Kapolnas RI.
Banyak spekulasi dari masyarakat yang bermunculan, perihal adanya luka sayatan di mayat Brigadir Joshua atas dasar statemen pihak keluarga.
Hal tersebut makin memperkuat adanya dugaan penganiayaan fisik terhadap Brigadir Joshua sebelum pada akhirnya dirinya tewas.
Dilansir KlikBondowoso.com dari channel Youtube Indonesia Lawyers Club pada 2 Juli 2022, dalam acara tersebut Albertus Wahyurudhanto angkat bicara perihal dugaan tersebut.
Baca Juga: Brigadir Joshua Ternyata Sengaja Dikorbankan untuk Tutupi Aib Ferdy Sambo, Benarkah Faktanya?
Menurut dirinya, otopsi kedua dilakukan juga tanpa adanya proses pembedahan terhadap mayat Brigadir Joshua.
Hal ini dilakukan sesuai dengan SOP forensik yang berlaku, dan berjalan lancar sesuai rencana.
"rupanya otopso ke 2 ini dilakukan tanpa dilakukannya bedah mayat," ucap Albertus Wahyurudhanto.
"Dan teknis itu yang tau teman-teman dari pihak forensik kedokteran, jadi ada konfirmasi mengenai hasil otopsi pertama yang tidak tau hasilnya seperti apa," sambungnya dalam acara ILC.
Menurut dirinya, sayatan yang ada di tubuh Brigadir Joshua tersebut memang benar adanya, tapi menurut dirinya juga tak menuntut kemungkinan hal tersebut karena penganiayaan.
Pasalnya, menurut dirinya, bisa ja sayatan tersebut terjadi lantaran adanya proses pembusuhan mayat di dalam tanah.
Baca Juga: Profil dan Biodata Olivia Jensen Lengkap dengan Instagram Bintang Tamu Acara Lapor Pak Trans7
"memang benar adanya mengenai sayatan tersebut, tapi itu masih dalam penyelidikan pihak forensik," ujarnya.
Jadi pada intinya sayatan yang ada pada tubuh Brigadir Joshua tersebut masih dalam proses penyelidikan memngenai kebenaran adanya kasus penganiayaan.***