Kisah Spiritual Owner Warung Shaf Bondowoso, Berguru ke Situbondo sampai Mengetuk Pintu Langit

- 2 Januari 2023, 19:05 WIB
Menu di Warung Shaf Bondowoso.
Menu di Warung Shaf Bondowoso. /Instagram @warung.shaf

KlikBondowoso.Com - Warung Shaf Bondowoso adalah salah satu tempat kuliner yang selama ini banyak digemari masyarakat.

Warung Shaf yang ada di Kelurahan Tamansari, Bondowoso, Jawa Timur ini menyediakan berbagai menu menarik.

Ada menu nasi gila, menu tahu tek dan segala macam jenis kopi. Sangat cocok untuk kongkow bersama keluarga atau teman.

Pemiliknya adalah Pringgo Cahyo. Pemuda yang bergerak dibidang Interpreneurship. Ia adalah warga Tamansari yang juga Jamaah Maiyah Cak Nun (Emha Ainun Najib).

Dalam pengelolaannya, Pringgo Cahyo berbagi cerita terkait kisah spiritual yang dialaminya dalam mengelola Warung Shaf.

Warung Shaf berdiri sebelum pandemi. Dan saat pandemi sempat stagnan. Namun saat ini tergolong tempat kongkow yang ramai dikunjungi masyarakat.

Kepada KlikBondopwoso, Pringgo menceritakan jika sempat berguru ke Situbondo. Hasilnya diberi sebuah ijazah ulama besar dari Situbondo yang menjadi wasilah larisnya Warung Shaf.

"Awal kami berdiri, yang datang ke Cafe (Warung Shaf) hanya teman-teman saya saja. Ramai di awal buka, lalu menurun dan sepi," kisah Pringgo.

Pringgo menceritakan, ketika kondisi pembeli menurun, ia diberi ijazah dari ulama Situbondo. Yakni
mengetuk pintu langit.

"Promosi lewat langit. Dengan membaca sholawat," terang Pringgo.

Dari Ulama, Pringgo mendapatkan 3 ijazah. Pertama, membaca sholawat di rentang waktu Maghrib sampai Isya.

Pringgo kemudian mempraktekkan anjuran sang kiai dengan menyuruh seluruh karyawan di Warung Shaf Bondowoso membaca sholawat di rentang waktu tersebut.

"Bisa diucapkan lisan atau di dalam hati, tetapi terus menerus. Kami juga memutar khusus lagu sholawat dari maghrib sampai isya di dalam warung untuk didengarkan bersama, termasuk oleh pengunjung," papar Pringgo.

Kemudian saran kiai yang kedua adalah dengan mempekerjakan karyawan yang statusnya tulang punggung keluarga.

"Walaupun dia kurang good looking atau masih amatir sekalipun, pokoknya tulang punggung keluarga. Bahkan, barista saya awalnya orang yang gak tahu tentang kopi," tuturnya.

Tapi setelah diajari, kopi racikannya mendapatkan pengakuan ciamik dari barista profesional dari Malang yang sedang berkunjung ke Warung Shaf.

"Barista Malang itu penasaran kok rasa kopinya enak, padahal racikan kopinya sama. Ternyata, barista kami terbiasa mengaduk kopi searah dengan putaran tawaf ka'bah (kanan ke kiri) sembari membaca sholawat," beber Pringgo.

Dawuh kiai ketiga yang diterimanya adalah sejatinya bukan bos yang menghidupi karyawan, tapi justru bos menumpang hidup dari para karyawannya.

"Dawuh ini saya pikir keras dalam perjalanan pulang dari Situbondo ke Bondowoso. Ternyata artinya saya harus memperlakukan karyawan saya dengan baik. Tanpa karyawan yang loyal, maka saya bukan apa-apa," aku Pringgo.***

 

Editor: Sholikhul Huda


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x