Belum Bisa Move On dari Si Doi? Tenang, Ini Dia Tahapan dalam Move On

- 5 Januari 2024, 09:15 WIB
ILUSTRASI -HATI
ILUSTRASI -HATI /

KlikBondowoso- Istilah move on sering kita dengar belakangan ini. Istilah ini biasanya untuk mewakilkan rasa yang sudah berganti, misal dalam kasus percintaan. Kamu dan kekasihmu sudah menjalin hubungan selama lima tahun. Kamu sudah banyak menemui suka-duka bersamanya, ada banyak sekali kenangan yang terekam dalam kepalamu. Namun, tiba-tiba suatu keadaan memaksamu untuk berpisah darinya. Durasi yang lama saat kamu menjalin kisah bersamanya, membuatmu sulit untuk putus dengannya.

Bahkan pada awalnya, mungkin kamu enggan untuk melepas semua kenangan bersamanya. Akan tetapi, tenang saja ... semua itu butuh proses akan ada waktu di mana kamu bisa terlepas dari bayang-bayang doi. Nah, itulah definisi dari move on secara sempit.

Sebenarnya makna move on tidak hanya terbatas kepada hal tersebut saja. Move on juga bisa diartikan sebagai suatu keharusan dalam hidup yang memang membutuhkan suatu perubahan. Misal move on dari lingkungan yang buruk, dan berpindah ke lingkungan yang lebih baik. Perubahan yang dimaksud di sini misalnya perpisahan dengan sesosok yang penting di hidupmu, kehilangan seseorang atau sesuatu yang begitu berarti, baik dalam hal percintaan, keluarga, pertemanan, ataupun pekerjaan. Namun, dalam perjuangan untuk move on, umumnya kamu akan menemui beberapa tahapan/fase.

1. Fase Denial
Pada fase awal ini, kamu masih menyangkal akan perubahan. Kamu pun cenderung menolaknya. Bahkan dalam hati terkecilmu, kamu berharap kejadian buruk itu hanya mimpi. Namun, sayangnya realita terkadang memang sekeji itu. Kamu pun berpikir bahwa semuanya akan baik-baik saja dan pasti akan kembali sebagaimana biasanya. Misalkan, ketika kamu menghadapi kematian seseorang tercinta dalam hidupmu. Awalnya kamu tak akan memercayai berita itu, dan alam bawah sadarmu masih berpura-pura bahwa sosok tersebut masih hidup di dunia.

2. Fase Anger
Di fase yang kedua, berkesinambungan dengan fase yang pertama. Saat kamu menyadari bahwa hal yang buruk telah terjadi pada hidupmu, kamu pun mulai mencari kambing hitam atas masalahmu. Mulai menyalahkan orang lain, benda, kejadian atau bahkan dirimu sendiri. Hal ini sebagai bentuk pelampiasan kemarahan. Contohnya dalam kasus tadi, kamu menerima informasi bahwa orang tuamu meninggal. Untuk melampiaskan rasa sedihmu, kamu pun mulai menyalahkan pihak rumah sakit.

3. Fase Bargaining
Pada tahap ini, kamu mulai tawar-menawar terhadap perasaan sedih itu. Kamu berandai-andai hal yang lebih baik menurut perspektifmu dengan serangkaian kalimat "seandainya ....", "coba aja ....", "kalo ....". Kayak tadi, saat kamu menyalahkan pihak rumah sakit, kamu pun mulai menebarkan kalimat "Seandainya dapet pertolongan yang lebih cepet, pasti mama gak bakalan meninggal!"

4. Fase Depression
Ini adalah fase di mana kamu mulai merasakan berbagai kecemasan dan ketakutan. Ini adalah keadaan di mana kamu mulai menyadari keterbatasan dan gak bisa mengembalikan keadaan seperti semula. Bahkan meski kamu ingin mengubah situasi, kamu sadar bahwa kamu tidak sanggup dan tidak mungkin. Akhirnya, waktu tidurmu pun terganggu, konsentrasimu terpecah, kamu merasa tidak beruntung, kesepian dan hal-hal negatif lainnya.

5. Fase Acceptance
Nah, ini adalah klimaks dari fase move on. Kamu mulai menerima kejadian yang menimpamu, kamu sudah mulai bisa menerima kehilangan, dan sadar bahwa memang dalam hidup ini ada beberapa hal yang tidak bisa kembali seperti dulu lagi. Pada akhirnya, kamu mengakui rasa 'itu'. Kesedihan, kemarahan dan kehilangan yang kamu alami, memberikan makna baru dalam hidupmu. Berawal dari sinilah, kedewasaanmu dalam menyikapi suatu perubahan terbentuk. Kamu berhasil melewati fase tersulit dalam hidupmu dan naik satu tingkat lebih tinggi. Pada akhirnya, kamu pun mulai bisa kembali menjalani dan melanjutkan hidupmu seperti sedia kala. "Moving doesn't change who you are. It only changes the view outside your window." — Rachel Hollis

Setiap kejadian pahit yang dialami olehmu, pasti punya pembelajaran tersendiri di baliknya. Tidak apa-apa untuk merasakan perubahan emosi negatif itu, barangkali kamu perlu beristirahat sejenak untuk kembali melanjutkan perjalananmu. Sementara move on, bukan berarti memaksa untuk menghilangkan ingatan atau melupakan tentang suatu hal, tetapi lebih kepada menyadari emosi yang dirasakan dan menerimanya. Because moving on doesn't mean you forget about things, it just means you have to accept what happend and continue living." — Erza Scarlet

Editor: Muhammad Irwanzah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x