Indonesia Dikagetkan dengan Ditemukannya Fosil Badak Raksasa di China

- 20 Juni 2021, 10:18 WIB
Ilustrasi: Gambar Badak
Ilustrasi: Gambar Badak /Pixabay/GDJ

 

KlikBondowoso.com - Salah satu Hewan yang dilindungi di Indonesia adalah Badak Bercula satu.

Hewan ini terkenal hidup di Indonesia, tepatnya di Ujung Kulon pulau Jawa.

Badak bercula satu ini dilindungi karena keberadaannya yang hampir punah.

Namun, baru-baru ini, ditemukan Fosil langka di Provinsi Gansu, China, terletak di perbatasan timur laut Dataran Tinggi Tibet, berasal dari Oligosen Akhir.

Oligosen akhir adalah sebuah zaman yang berlangsung dari sekitar 34-23 juta tahun yang lalu.

Dari kerangka yang ditemukan, tampak itu merupakan fosil seekor badak raksasa.

Sebagaimana dikutip KlikBondowoso dari Pikiran Rakyat yang berjudul Fosil Badak Raksasa Ditemukan di China, Disebut Peninggalan 34 Juta Tahun Lalu, Besar badak raksasa ini secara signifikan lebih besar sekira 3 kali lipat dari badak modern, dengan perkiraan ketinggian bahu sekitar 16 kaki (badak dewasa ini punya tinggi 6-11 kaki).

Badak ini juga diperkirakan punya berat lebih dari 40.000 pon, dan juga tidak memiliki tanduk, demikian dikutip Pikiran-rakyat.com dari CBS News.

Baca Juga: Rusia dan Amerika Serikat Saling Gertak Militer di Samudra Pasifik

Sekitar 25 juta tahun yang lalu, badak raksasa dengan tinggi lebih dari 16 kaki berkeliaran di Bumi.

Mereka dianggap sebagai mamalia darat terbesar yang pernah hidup — tetapi sejarah evolusi dan penyebaran mereka di seluruh Asia telah membuat para ilmuwan bingung.

Ahli paleontologi kini telah menemukan fosil untuk spesies baru keenam dari badak raksasa yang telah punah, Paraceratherium linxiaense, yang menjelaskan bagaimana hewan tersebut bergerak melintasi China, Mongolia, Kazakhstan, dan Pakistan.

Para tim peneliti , yang dipimpin oleh Deng Tao dari Institute of Vertebrate Paleontology dan Paleoantropologi, mengumumkan temuannya pada 2015 itu, dalam studi baru minggu ini (Juni 2021) dalam jurnal Biology Communications.

Penemuan ini menjelaskan bagaimana wilayah tersebut telah berubah sejak makhluk besar ini punah.

Baca Juga: Sopir Dibegal dengan Tangan Terikat dan Mata Tetutup Lakban, Beruntung Ditolong Warga

Para peneliti menemukan satu fosil tengkorak, tulang rahang, dan gigi yang diawetkan dengan atlas terkait, bagian tubuh tempat kepala terhubung ke tulang belakang.

Fosil lain terdiri dari tiga tulang belakang.

Sisanya memberikan detail yang cukup bagi tim untuk membangun model 3D digital dan membandingkannya dengan badak raksasa lainnya — mengarahkan mereka untuk mengklasifikasikan spesies baru, berbeda dengan lehernya yang lebih panjang dan lebih fleksibel.

Baca Juga: Jurnalis Dibunuh, Dewan Pers Imbau Kepolisian Usut Kasus Secara Serius

"Wilayah Tibet kemungkinan menjadi tuan rumah beberapa daerah dengan ketinggian rendah, mungkin di bawah 2.000 meter selama Oligosen, dan garis keturunan badak raksasa bisa menyebar dengan bebas di sepanjang pantai timur Samudra Tethys dan mungkin melalui beberapa dataran rendah di wilayah ini," tulis para peneliti di jurnal.

Para peneliti menentukan bahwa, pada Oligosen Awal, hewan tersebut menyebar ke barat ke Kazakhstan, dengan keturunan berkembang ke Asia Selatan, kemudian kembali ke utara untuk melintasi wilayah Tibet untuk akhirnya menghasilkan P. linxiaense ke timur di Cekungan Linxia.

"Kondisi tropis Oligosen Akhir memungkinkan badak raksasa untuk kembali ke utara ke Asia Tengah, menyiratkan bahwa wilayah Tibet masih belum diangkat sebagai dataran tinggi elevasi," kata Deng. *** (Gita Pratiwi/Pikiran-Rakyat.com)

Editor: N.A Pertiwi

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x