Dia tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali hanya lapar dan haus karena dia tinggalkan makan minum. Sehingga Nabi pun katakan:
لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الأَكْلِ وَالشَّرَبِ ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ
“Puasa bukan sekedar dengan meninggalkan makan dan minum. Akan tetapi puasa itu adalah dengan cara meninggalkan lagwu (segala hal yang sia-sia, segala hal yang tidak ada gunanya, apalagi yang haram), demikian pula meninggalkan rofats (omongan pornografi yang bisa membangkitkan syahwat)” (HR. Ibnu Majah)
Ini adalah hakikat puasa yang diajarkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Oleh karena itulah kita akan lihat bagaimana wasiat para Salaf kita dalam hal menjaga lisan ini.
Wasiat Para Salaf dalam Hal Menjaga Lisan
Kita akan sampaikan disini beberapa riwayat yang berkaitan dengan حِفْظُ اللِّسَانِ (menjaga lisan), khususnya di bulan Ramadhan saat kita sedang menunaikan ibadah puasa. Di antara sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
إِذَا أَصْبَحَ أَحَدُكُمْ يَوْمًا صَائِمًا فَلا يَرْفُثْ ، وَلا يَجْهَلْ ، فَإِنْ امْرُؤٌ شَاتَمَهُ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ : إِنِّي صَائِمٌ إِنِّي صَائِمٌ
“Barangsiapa salah satu di antara kalian di pagi hari dalam kondisi berpuasa, maka jangan berkata jorok dan jangan bersikap bodoh. Kalau ada seseorang yang menghardiknya atau menghinanya maka katakan kepadanya, sesungguhnya saya sedang puasa, sesungguhnya saya sedang puasa.” (HR. Muslim)
Penjelasan: