Khutbah Jumat Maulid Nabi Bahasa Jawa, Tema Sejarah Awal Peringatan Maulid Nabi SAW

14 Oktober 2021, 18:02 WIB
Ilustrasi khutbah. Khutbah Jumat Maulid Nabi Bahasa Jawa, Tema Sejarah Awal Peringatan Maulid Nabi SAW. /Pexels.com/Manprit Kalsi

KlikBondowoso.Com - Khutbah Jumat saat memasuki bulan Rabiul Awal yang tepat adalah membahas tentang sejarah Nabi Muhammad SAW.

Sebab pada 12 Rabiul Awal Nabi Muhammad dilahirkan ke dunia.

Berikut khutbah Jumat Bahasa Jawa dengan tema Sejarah Awal Peringatan Maulid Nabi SAW.

Dilansir klikbondowoso.com dari ruanginstalasi.wordpress.com.

Berikut Khutbah Jumat: Maulid Nabi SAW.

الْحَمْدُ للهِ شَرَّفَ الأَنَاَمَ بِصَاحِبِ الْمَقَامِ الأعْلَى. وَكَمَّلَ السُّعُوْدَ بِأَكْرَمِ مَوْلُوْدٍ. أَشْهَدُ أنْ لاإلهَ إلاّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ بِالْحُجَّةٍ الَبَالِغَةِ وَحُسْنِ الْبَيَانِ. أللّهُمَّ صَلِّي وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأصْحَابِهِ أجْمَعِيْنَ. أمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ اللهِ أًوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ وَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Ma’asyiral muslimin sidang Jum’at rahimakumullah

Wonten ing kesempatan ingkang mulia meniko; monggo kita mengingat-ingat kembali sedoyo ingkang sampun kita amalkan ngantos seusia meniko.

Menawi wonten ingkang sae, monggo sami-sami dipun syukuri, mugi2 saget istiqomah ngantos mati husnul khotimah.

Ingkang dereng saget maksimal ibadah lan ketakwaanipun, sumonggo kita mulai bertekad lan berusaha ningkataken keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.

Dalam artian; kitha supados selalu berusaha melaksanakan perintah-perintah Allah lan nebihi sedoyo larang-larangan-Nya.

Kitho tinggalkan sejenak tugas-tugas duniawi, pekerjaan wonten ing pasar, bisnis lan perdagangan, kangge masuk masjid ngelampahi kewajiban ibadah sholat Jumat.

Mugi-mugi kitho mboten termasuk golongan tiyang ingkang lalai dari mengingat kepada Allah SWT.

Ma’asyiral muslimin sidang Jum’at rahimakumullah…

Kanjeng Rasulullah saw menyebutkan bahwa wonten 4 bulan ingkang mulia. Dikenal dengan sebutan Asyhurul Haram; ingih meniko bulan Muharram, Rajab, Dzuqa’dah, dan Dzulhijjah.

Selain keempat bulan meniko, wonten bulan lain ingkang keceluk dados mulia. Kemuliaan bulan meniko bukan karena memang asalnya mulia. Ananging karena pada bulan meniko, dipun lahirkan makhluk terbaik, makhluk ingkang paling mulia.

Manusia ingkang jadi panutan golongan jin lan manusia.Beliaulah pemimpin kita; Sayyidina Muhammad saw.

Keranten meniko, bulan Rabi’ul Awwal dikenal pula dengan sebutan bulan maulid atau utawi bulan mulud.

Tanggal 12 Rabi’ul Awwal, hari kelahiran Baginda Rasulullah saw diperingati dengan berbagai macam acara dan kegiatan maulid Nabi saw. Baik oleh lembaga pendidikan, masjid-masjid, organisasi, masyarakat kampung, bahkan istana kepresidenan.

Hadirin, Ma’asyiral muslimin sidang Jum’at rahimakumullah

Beberapa abad terakhir, ada sebagian kalangan umat Islam yang terus-menerus kampanye menolak kegiatan mauldi Nabi meniko. Mulai dari tuduhan bidah, ghuluw, lan menyalahi contoh yang diajarkan Baginda Rasulullah saw.

Baca Juga: Khutbah Jumat: Maulid Nabi Muhammad SAW Anugerah Terindah Umat Manusia

Baca Juga: Khutbah Jumat: Salurkan Energi Kebahagian Maulid Nabi Muhammad SAW Salah Satunya Dengan Menjalankan Sunnah  

Kangge menjawab pertanyaan sebagian umat Islam meniko; perlu kita telusuri. Pernahkah Baginda Rasulullah saw merayakan peringatan kelahiran beliau?

Mulai kapan peringatan maulid meniko diadakan? Nopo alasannya? Lan, tentu saja bagaimana hukum mengadakan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW?

Menawi kita tnelusuri sejarah, ternyata Nabi Muhammad SAW belum pernah merayakan hari kelahiran beliau kaleyan upacara utawi acara. Rasulullah saw memperingati kelahiran beliau dengan cara berpuasa.

Dalam sebuah riwayat, disebutkan Baginda Nabi Muhammad saw ditanya: ”Ya Rasulallah, wonten sebab nopo Panjenengan berpuasa di hari Senin?”

Beliau menjawab: “Pada hari Senin itulah, aku dilahirkan.”

Dengan demikian, dapat kita simpulkan beleh Kanjeng Nabi Muhammad saw merayakan kelahirannya dengan cara berpuasa. Pada zaman sak meniko, di masyarakat dikenal kaleyan sebutan poso weton (utawi puasa hari kelahiran).

Ananging, sejarah memang mboten pernah mencatat bahwa Rasulullah saw merayakan maulid lewat cara mengundang orang lain membaca shalawat, membaca barzanji, dibaan utawi pengajian umum.

Ma’asyiral muslimin sidang Jum’at rahimakumullah

Wonten ing sebuah kitab ingkang ditulis Imam Jalaluddin as-Suyuthi, yang berjudul Husnul Maqasid fil Amal al-Mawalid. Imam as-Suyuthi menjelaskan beleh wonteng ing zaman Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin memang belum pernah diadakan peringatan kelahiran Nabi saw dalam bentuk upacara, shalawatan utawi pengajian tentang maulid Nabi.

Sehingga, wonten sebagian kaum muslimin ingkang menolak memperingati kelahiran beliau dengan bentuk upacara seperti itu. Bahkan, menganggap amalan meniko sebagai bidah yang menjadikan pelakunya masuk neraka.

Sejarah mencatat; bahwa sejak Umat Islam berjaya dengan menaklukan Romawi, Persia bahkan sebagian Eropa, banyak tiyang non muslim ingkang masuk Islam.

Termasuk tentara salib saking Eropa. Wonten ingkang masuk Islam secara sukarela, banyak pula ingkang karena terpaksa. Hal meniko dadosaken dendam kesumat saking kaum Nasrani. Sehingga, mereka membalas dendam dengan cara menjajah Timur Tengah.

Terjadilah perang besar ingkang disebutperang salib. Kaum kafir membunuh orang-orang Islam, merampas kekayaan, dijauhkan dari ajaran Islam, dijauhkan saking Nabi Muhammad saw. Hal meniko ndadosaken menurunnya kualitas iman lan Islam generasi Islam. Geerasi muda Islam tergerus moral lan akhlak ipun. Bahkan jauh saking nilai-nilai keteladanan ingkang dicntohkan Baginda Nabi saw,

Melihat kondisi umat ingkang terpuruk lan semakin menurun semangat perjuangan agamanya, para ulama’ lan tokoh Islam berusaha mencari solusi. Bagaimana cara membangkitkan ghirah keislaman kaum muslimin dan melepaskan diri saking cengkraman tentara salib.

Di antara tokoh pemimpin ingkang nggadahi semangat besar meniko ialah seorang raja yang bernama; Al-Malik Mudhaffaruddin (Raja Himsiyyah). Beliau mengundang poro ulama’ lan masayikh ke istana kangge bermusyawarah. Kangge mencari solusi bagaimana caranya bangkitkan kembali semangat umat Islam untuk membebaskan diri saking penjajah Eropa.

Saking musyawarah ulama meniko, disepakati supados diadakan peringatan peristiwa bersejarah dalam Islam. Salah satunya ialah lewat peringatan maulid Nabi Muhammad SAW. Peringatan maulid meniko dikampanyekan secara besar-besaran. Raja Mudzaffar mengundang poro penyair kangge menulis syair pujian kepada Baginda Nabi Muhammad saw. Para ulama lan mubaligh ugi mboten ketinggalan. Mereka berlomba menceritakan kisah-kisah lan sejarah perjuangan Baginda Rasulullah saw.

Ma’asyiral muslimin sidang Jum’at rahimakumullah

Peringatan Maulid Nabi saw dalam bentuk kegiatan meniko, pada awalnya ada yang menolak. Ananging, mayoritas ulama menyepakati beleh peringatan seperti itu termasuk bid’ah hasanah. Bid’ah ingkang diperbolehkan, amergi masih ada dasar utawi tuntunannya saking Rasulullah saw. Selain itu, peringatan maulid Nabi saw ugi mboten termasuk ibadah mahdhah yang teknisnya sampun diatur langsung dari beliau.

Contohnya berdzikir, wonten perintah dalam Alquran, akan tetapi mboten disebutkan teknisnya: Sebagaiman firman Allah: فَاذْكُرُواْ اللّهَ قِيَاماً وَقُعُوداً وَعَلَى جُنُوبِكُمْ

Ingkang artsipun: ”Berdzikirlah kalian dalam keadaan berdiri, duduk, lan berbaring.” (QS an-Nisa)

Dzikir diperintahkan Allah SWT. Ananging teknis utawi corone zikir, dipun kembalikan kepada kita masing-masing. Bisa sambil duduk, berdiri, berbaring di rumah, di masjid sendirian, bersama-sama, suara pelan ataupun dengan suara keras. Sedoyo meniko mboten dipun batasi, dikembalikan pada situasi lan kondisi asalkan mboten melanggar ketentuan syariat agami Islam.

Baca Juga: Khutbah Jumat :Kenali Tanda Kita Kehilangan Cinta Kepada Nabi, Salah Satunya Beramal Tanpa Tuntunan Nabi

Hadirin jamaah rahimakumullah….

Membaca shalawat ugi diperintahkan, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

Ingkang artosipun: ”Sesungguhnya Allah dan malaikat bershalawat kepada Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu kepada Nabi dan ucapkanlah salan penghormatan kepadanya.” (QS al-Ahzab56).

Perintah membaca shalawat meniko ada, dan sangat dianjurkan. Sedangkan cara lan teknisnya dikembalikan pada kita masing-masing. Kitha saget maos sholawat ingkang panjang, pendek, berbentuk banjari utawi ishari, bahkan shalawat ingkang berbentuk syair. Yang paling penting inggih meniko; tetap bershalawat kepada Rasullullah saw.

Contoh lain ialah berdakwah. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:

ادْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ

Ingkang artosipun: ”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik.” (QS an-Nahl 125)

Ayat di atas menunjukkan perintah berdakwah—ajak ajak ke jalan Allah SWT. Adapun teknis lan caranipun dikembalikan sesuai situasi-kondisi lan kemampuan masing-masing. Wonten ingkang berbentuk pengajian umum, pengajian rutin di masjid, pengajian di TV, menulis di media sosial, koran, majalah dan lain sebagainya. Sedoyo coro meniko diperbolehkan—meskipun mboten wonten contoh langsung saking Baginda Rasulullah saw.

Ma’asyiral muslimin sidang Jum’at rahimakumullah

Peringatan Maulid Nabi ingkang diisi kaleyan pembacaan shalawat kepada Rasul, pengajian umum, ceramah tentang kesadaran terhadap islam, membaca sejarah Nabi, amal saleh, bakti sosial, khitanan massal dan lain-lain meniko merupakan ibadah mutlaqah ghairu muqayadah. Utawi ibadah mutlaq ingkang mboten terikat tata caranya lan teknis pelaksanaannya.

Keranten meniko, saget dipun simpulkan bahwa mengadakan peringatan Maulid Nabi Muhammad saw ingkang diisi dengan pembacaan shlawat, pengajian umum lan kegiatan-kegiatan ingkang sae, mboten termasuk bid’ah dlalalah. Justru saget dikategorikan sebagai amrum muhtasan, inggih meniko: “sesuatu yang dianggap baik”. Peringatan maulid Nabi, jika dilampahi kaleyan manah ingkang ikhlas karena Allah maka akan mendapatka pahala dari Allah SWT.

Ma’asyiral muslimin sidang Jum’at rahimakumullah

Peringatan Maulid Nabi saw pertama kali digelar oleh Raja Al-Mudhafar. Beliau menyumbang 100 ekor unta dan sekian ton gandum kangge menjamu sedoyo jamaah wonten ing peringatan tersebut.

Beliau ugi mengundang setiap daerah supados mengutus para penyair kngge menulis syair pujian lan shalawat kangge Baginda Nabi muhammad saw. Di antara kitab ingkang ditulis zaman itu ialah: ingkang kitho kenal zaman sak meniko dengan nama kitab Maulid al-Barzanji lan Kitab Maulid Ad-Diba’i.

Ternyata, dengan digelarnya peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW ini sangat efektif kangge menyadarkan kaum Muslimin pada cintanya kepada Rasul saw. Seorang pemuda bernama Shalahudin Al-Ayyubi menggalang anak-anak muda, melatih fisik mereka, menyadarkan kecintaan pada Rasul lan agami Islam, lalu mengajak mereka membebaskan diri saking penjajahan tentara salib. Akhirnya, pasukan Islam ingkang dipimpin Shalahudin al-Ayyubi, saget memenangkan perang salib pada tahun 580 H.

Sejak tahun menikolah, peringatan Maulid Nabi SAW diadakan oleh negara-negara muslim lainnya.

Mudah-mudahan dengan peringatan Maulid Nabi saw, hati kita semakin cinta kepada Rasulullah SAW. Dengan cinta kepada Rasulullah kita akan melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya dan kita termasuk orang yang menghidupkan sunnah Rasulullah SAW.

Sebagaimana sabda beliau yang artinya: “Orang-orang yang telah menghidupkan sunnahku maka dia berarti cinta kepadaku, dan orang-orang yang cinta padaku nanti akan bersamaku disurga.” Semoga kita dikumpulkan bersama Rasulullah SAW kelak disurga nanti. Amiin, ya rabbal alamin.

أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَنِ الرَّجِيْمِ. لقد كان لكم في رسول الله أسوة حسنة.

أقُوْلُ قَوْلِي هَذا وَأسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ لَِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Demikian khutbah Jumat dengan tema Sejarah Awal Peringatan Maulid Nabi SAW.

Semoga menjadi amal jariyah penulis dan menjadi referensi bagi para khotib.***

Editor: Sholikhul Huda

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler