Khotbah Jumat Tema 2 Sikap Bijak Terhadap Media Sosial

- 30 November 2022, 15:05 WIB
Ilustrasi masjid-Sebutkan 5 Cabang Iman dari Ranah ‘Amalun bil Arkan, Ini Jawaban dan Pembahasannya
Ilustrasi masjid-Sebutkan 5 Cabang Iman dari Ranah ‘Amalun bil Arkan, Ini Jawaban dan Pembahasannya /Pixabay/pinterastudio

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,

Islam bukan agama yang anti perubahan. Namun demikian, ia punya prinsip-prinsip yang tak boleh dilanggar. Kita seyogianya memosisikan media sosial tak lebih dari sekadar alat, bukan tujuan. Media sosial sebagai wasîlah, bukan ghâyah. Kenapa? Sebagaimana pisau yang bermanfaat bila digunakan memasak dan merugikan bila dipakai melukai orang lain, begitu pula media sosial. Dalam dirinya terkandung potensi positif tapi sekaligus negatif.

Semakin meningkatnya pengguna media sosial dari hari ke hari tak menjamin semakin berkualitas dari segi pemanfaatannya. Banyak kita jumpai media sosial menjadi ajang pamer (riya’) amal kebaikan—usaha mencari citra kesalehan di mata masyarakat. Dari sini kita secara tak langsung menggeser maksud ibadah yang semestinya untuk Allah menjadi untuk popularitas dan kebanggaan diri.

Media sosial juga kerap menjadi arena caci-maki antarkelompok yang berbeda agama, aliran, pandangan politik, dan sejenisnya. Tak jarang media sosial disesaki debat kusir saling menjatuhkan, ghibah (gosip), fitnah, berita bohong, hingga peningkatan jumlah musuh-musuh baru. Hanya berbekal jari tangan dan pikiran keruh dalam sekejam kita sudah membuat mudarat bagi pihak lain. Padahal dalam hadits shahih disebutkan bahwa di antara karakter seorang Muslim adalah mampu menjamin saudaranya dari malapetaka tangan dan lisannya.

المُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ المُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ

“Seorang Muslim adalah orang yang tidak melukai saudara Muslim lainnya baik dengan lisan dan tangannya,

Imam Abu Hamid bin Muhammad al-Ghazali dalam kitab Bidâyatul Hidâyah menjelaskan bahwa lisan manusia terdiri dari dua jenis, yakni lidah yang berada di dalam mulut dan lidah berupa qalam (pena). Tulisan memiliki fungsi yang mirip dengan pembicaraan. Qalam dalam konteks hari ini bisa diidentikkan dengan media sosial yang memiliki peran yang sama, yakni memproduksi tulisan yang pengaruhnya bisa negatif maupun positif. Dengan demikian, sikap bijak kita terhadap media sosial termasuk ikhtiar kita untuk menjadi Muslim yang baik sebagaimana hadits di atas.

Yang paling rentan dilupakan saat bermedia sosial adalah betapa berharganya waktu. Berbagai kemudahan yang disediakan sering membuat pengguna berselancar berjam-jam melewati batas kebutuhan semestinya. Orang kadang tak hanya bertegur sapa dengan sesama atau publikasi aktivitas di medsos, tapi juga sampai pada kegiatan-kegiatan mubazir bahkan maksiat.

Saat seseorang terlalu tergantung pada media sosial, pertanyaan penting yang perlu disodorkan adalah siapa yang sesungguhnya lebih berkuasa: media sosial atau manusianya? Manusia dianugerahi akal sehat, hati nurani, yang memungkinkan dia berlaku bijaksana. Sebagaimana perangkat dunia lainnya, tak seharusnya manusia diperbudak media sosial, justru semestinya ia mengendalikannya.

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,

Halaman:

Editor: Muhammad Irwanzah

Sumber: pikiran-rakyat.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x