Naskah Khutbah Jumat Tema Rahasia Puasa dan Ramadhan yang Belum Banyak Orang Tahu

- 11 Maret 2023, 20:37 WIB
Ilustrasi. Contoh teks khutbah Jumat PDF NU terbaru singkat, cepat, kultum kuliah tujuh menit tentang memasuki akhir bulan Sya’ban dan kesiapan menyambut bulan Ramadan.
Ilustrasi. Contoh teks khutbah Jumat PDF NU terbaru singkat, cepat, kultum kuliah tujuh menit tentang memasuki akhir bulan Sya’ban dan kesiapan menyambut bulan Ramadan. /UNSPLASH/Madrosah Sunnah

Allah memberikan kemuliaan dalam amal yang dilakukan oleh seorang hamba-Nya, bisa jadi terkait dengan dimensi waktu, atau terkait dengan dimensi tempat.

Ramadan ini, Allah memberikan keutamaan karena dimensi waktunya. Bahwa bulan Ramadhan ini Allah mewajibkan puasa kepada kita. Seluruh dari amal yang kita lakukan baik puasa maupun ibadah lain, yang kita lakukan pada bulan ini, Allah memberikan keistimewaan dan keutamaan yang berbeda dibanding ketika kita melakukan di luar bulan Ramadhan. Dimensi keutamaan ini terkait dengan “waktu” yaitu Ramadan.

Adakalanya dimensi keutamaan itu terkait dengan “tempat”. Masjid, diberikan oleh Allah keistimewaan yang khusus dibanding tempat selain masjid. Baik aspek hukum fikihnya, yang menyangkut tentang hal-hal yang berhubungan dengan masjid maupun keutamaan amalan-amalan yang dilakukan di dalam masjid, termasuk amalan khusus yang hanya bisa dilakukan di dalam masjid.

Oleh karena itu, ketika Allah memberikan kesempatan kepada kita untuk memasuki bulan Ramadhan ini, maka tentu harus kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Untuk bisa mendapatkan keutamaan itu secara penuh. Semaksimal mungkin kita raih, segala keistimewaan yang bisa diperoleh. Bukan hanya dengan puasanya saja, tetapi seluruh ‘amaliyah yang bisa kita lakukan di bulan Ramadhan ini harus kita maksimalkan dengan sungguh-sungguh.

Qiyamu al-Lail, malam hari ketika kita harus melakukan shalat tarawih, shalat witir, shalat malam, I’tikaf terutama di 10 hari terakhir, sedekah, tadarus al-Quran, mencari ilmu, mengaji, seluruhnya itu adalah ‘amaliyah yang tentu menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kemuliaan yang diberikan Allah di bulan Ramadhan ini.

Ramadan ini adalah big sale, obral besar. Allah memberikan fasilitas yang begitu luar biasa. Sehingga ukurannya, seseorang di bulan Ramadhan ini dengan seluruh fasilitas yang diberikan, kok tidak juga bisa melakukan proses perbaikan diri, kok tidak juga bisa beribadah dengan nyaman, ini pertanda bahwa orang ini akan sulit untuk mendapatkan peluang melakukan sesuatu kebaikan diluar Ramadhan.

Sehingga di dalam hadis nabi menyebutkan, ‘kalau di Ramadhan saja tidak bisa melakukan kebaikan, fa mata, kapan lagi? Orang itu bisa melakukan kebaikan’. Ramadan ini waktu yang begitu hebat. Allah memberikan fasilitas, pahala dilipatgandakan dengan jumlah yang tidak terhingga. Allah sendiri yang turun tangan untuk memberikan pahala itu. Tidak lagi melalui proses pencatatan (amal) sebagaimana normalnya amal ibadah, dengan standar ganjaran yang sudah dinominalkan. Semua ibadah telah diberi Allah dalam banderol yang bisa kita hitung. Shalat jamaah, 27 derajat. Orang bersedekah, 10 kali lipat sampai 700 kali lipat. Dalam hitungan yang sudah ditentukan oleh Allah, hitungan-hitungan itu sudah ada, amalan yang kita lakukan diluar bulan Ramadhan.

Tapi khusus untuk Ramadan ini, “as-Shoumu lii wa ana ajzii bihi”. Puasa ini adalah ibadah yang sangat privasi. Yang sangat pribadi, “yang hanya untuk Aku” kata Allah. Karena puasa ini adalah ibadah yang sangat kecil kemungkinannya untuk dipamerkan. Potensi untuk dipamerkan itu sangat kecil sekali. Berbeda dengan ibadah yang lain. Karena ibadah puasa ini adalah ‘ibadatun tarkiyyah, ibadah meninggalkan sesuatu. Tarku asy-Sya’I. Bukan ibadah yang fi’lu asy-Sya’I. Kalau ibadah yang lain itu hampir semua fi’lu sya’i.

Shalat, kita mengerjakan ada takbir, berdiri, ruku, sujud, membaca tahiyat, membaca surah al-Fatihah, itu semua “ada” yang dilakukan. Fi’lu sya’i. Haji juga begitu, ‘ibadah fi’liyyah. Ibadah yang didalamnya “melakukan sesuatu” sesuai yang ditentukan di dalam agama. Tapi khusus untuk puasa ini, ibadahnya adalah ibadah tarkiyyah. Tarku syari. Meninggalkan sesuatu, tidak makan, tidak minum, sehingga tidak bisa dipamerkan tidak ada “perbuatan” atau “ucapan” yang bisa dipamerkan kepada orang lain.

Seorang yang berpuasa maupun tidak itu sama saja, meskipun sama-sama ikut buka bersama. Tapi tidak kelihatan, mana yang buka karena berpuasa atau tidak puasa tapi ikut berbuka. Itu sama saja tidak kelihatan. Kenapa, karena tarku sa'i, ibadah yang karena “meninggalkan sesuatu” bukan “mengerjakan sesuatu”. Tidak makan, tidak minum, tidak berhubungan suami istri, ini adalah ibadatun tarkiyah, sehingga potensi untuk dipamerkan itu sangat kecil sekali.

Halaman:

Editor: Sholikhul Huda


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x