Terdapat satu kalimat yang agung, yang diucapkan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu. Beliau mengatakan,
لَا يَرْجُو عَبْدٌ إِلَّا رَبَّهُ، وَلَا يَخَافُ إِلَّا ذَنبَه
“Janganlah seorang hamba berharap kecuali hanya kepada Allah. Tidaklah dia takut kecuali pada dosanya.”
Dalam dua kondisi inilah kebahagian dan kesuksesan di dunia dan akhirat dapat digapai. Perasaan takut dan harap dua amalan hati yang hanya bisa diketahui oleh Allah Ta’ala.
Manusia tidak mampu mengetahui hakikat dan kualitasnya. Bahkan orang yang bersangkutan sendiri tidak bisa mengetahui kualitas rasa takut dan harap mereka kepada Allah.
Rasa harap adalah keinginan seseorang untuk mendapatkan kebaikan di dunia dan akhirat. Dan dua hal ini semua ada di tangan Allah Azza wa Jalla. Seseorang mendapatkan kebaikan dan dipalingkan dari keburukan, semua atas kehendak Allah. Allah Jalla wa ‘Ala berfirman,
وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلَا رَادَّ لِفَضْلِهِ
“Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurnia-Nya.” [Quran Yunus: 107]
Demikian juga dengan firman-Nya,
مَا يَفْتَحِ اللَّهُ لِلنَّاسِ مِنْ رَحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ لَهَا وَمَا يُمْسِكْ فَلَا مُرْسِلَ لَهُ مِنْ بَعْدِهِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ