Filosofi Satu Tungku Tiga Batu di Fakfak Papua Barat, Simbol Toleransi

- 30 Juli 2021, 18:00 WIB
Foto Satu batu tiga tungku di Fakfak
Foto Satu batu tiga tungku di Fakfak /

KlikBondowoso.Com - Suasan di Kabupaten Fakfak, Papua Barat sangat mencerminkan Indonesia. Yakni rasa Bhineka Tunggal Ika atau berbeda beda namun tetap satu.

Ada filosofi terkenal yang hidup di masyarakat Fakfak. Yakni filosofi satu tungku tiga batu.

Bahkan ada monumen satu tungku tiga batu di Fakfak, Papua Barat. Kabupaten ini memiliki luas 14.320 kilometer persegi. Ada 17 distrik dengan 142 desa dan 7 kelurahan.

Dilansir PORTAL PAPUA dengan judul Mengenal Toleransi di Fakfak dari Filosofi Satu Tungku Tiga Batu.

Arti filosofi tungku tiga batu bagi masyarakat Fakfak adalah sangat toleran terhadap perbedaan. Dalam satu keluarga besar, ada anggota keluarga berbeda agama menjadi hal biasa.

"Mereka tidak pernah konflik," jelas Hari Suroto, Arkeolog dari Balai Arkeologi Papua.

Dijelaskan, sejak zaman dahulu, masyarakat Fakfak terbuka dengan masyarakat baru yang datang dari luar. Masyarakat Fakfak sangat menghormati dan menghargai orang lain. Berbagai persoalan akan diselesaikan secara adat melalui mekanisme musyawarah adat.

Baca Juga: 7 Kerajaan di Kabupaten Fakfak, Papua Barat, Salah Satunya Suku Onim

“Pada abad ke-17, pedagang muslim dari Bugis, Makassar, Ternate, Tidore sudah datang di Fakfak, mereka berdagang serta berdakwah.. Bahkan pada abad ke-18, pedagang Tionghoa dan pedagang Arab juga datang ke wilayah ini. Selain berdagang, pedagang Tionghoa dan Arab ini juga membuat pemukiman,” katanya.

Dijelaskan, Masjid Patimburak di Kampung Patimburak, Distrik Kokas, juga mencerminkan filosofi satu tungku tiga batu.

Masjid ini dibangun pada tahun 1800-an secara gotong royong antara keluarga muslim dibantu oleh keluarga Katolik dan keluarga Kristen Protestan.

“Filosofi satu tungku tiga batu merupakan bentuk kearifan lokal masyarakat Fakfak. Filosofi ini perlu digali kembali dan perlu diajarkan di sekolah-sekolah. Filosofi Satu Tungku Tiga batu dapat digunakan sebagai bentuk pendidikan literasi digital guna menangkal berkembangnya hoaks,” bebernya. (Atakey/portalpapua.com)

Editor: Sholikhul Huda


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x