5 Hukum Imam Wanita dalam Fiqih Islam, Ulama Berbeda Pendapat Ada yang Boleh Sampai Sunnah

- 3 Juli 2023, 07:57 WIB
Hukum Imam Wanita Ketika Shalat Berjemaah
Hukum Imam Wanita Ketika Shalat Berjemaah /Pezibear / pixabay/

وهل تصح إمامتها للنساء؟ قولان: المشهور عدم الصحة طرداً للحكم الكلي، وروى ابن أيمن عن مالك أنها تؤم النساء. وهذا لأنه عول على أن المنع من كون صوتها عورة، وهو مفقود هاهنا.

Artinya: Apakah sah shalat jama’ah wanita yang diimami wanita? Dalam masalah ini ada dua pendapat (dalam madzhab). Pendapat yang terkenal adalah tidak sah secara umum. Dan Ibnu Aiman meriwayatkan dari Malik, bahwasanya seorang wanita itu boleh meimami jama’ah wanita, dengan alasan yang melarang seorang perempuan menjadi imam bagi jama’ah laki-laki itu, karena suaranya aurat (bagi mereka), sedangkan bagi jama’ah wanita, tidak demikian.[4]

Al-Qarafi (w. 684 H) salah satu ulama mazhab Al-Malikiyah di dalam kitab Adz-Dzakhirah menuliskan sebagai berikut :

الشرط الثالث الذكورة قال في الكتاب لا تؤم المرأة قال صاحب الطراز المشهور حمله على العموم في الفرض والنفل للرجال والنساء. وعن مالك الإعادة أبدا
Artinya: Syarat ketiga untuk menjadi imam adalah laki-laki. Di dalam kitab Al-Mudawwanah, imam malik mengatakan: Tidaklah seorang wanita menjadi imam. Shahib Ath-Tharraz mengatakan: yang masyhur (terkenal dalam madzhab), larangan ini, sifatnya umum, baik dalam shalat wajib, maupun shalat sunnah, bagi jama’ah laki-laki, mupun jama’ah wanita. Dan dari riwayat dari imam Malik menyatakan bahwa shalatnya harus diulang.[5]

Pendapat Ketiga

3. Mazhab Asy-Syafi’i Ibnu Hajar Al-Haitami (w. 974 H) salah satu ulama mazhab Asy-Syafi'iyah di dalam kitab Al-Minhaj Al-Qawim menuliskan sebagai berikut :

وروى ابن ماجه: "لا تؤمن المرأة رجلا" بخلاف اقتداء المرأة بالمرأة وبالخنثى وبالرجل واقتداء الخنثى أو الرجل بالرجل فيصح إذ لا محذور.

Artinya : Ibnu Majah meriwayatkan : ‘Janganlah wanita mengimami laki-laki, lain halnya jika wanita berimam kepada wanita, atau kepada khuntsa atau kepada laki-laki...sah shalatnya.[6]

Al-Khatib Asy-Syirbini (w. 977 H) salah satu ulama mazhab Asy-Syafi'iyah di dalam kitab Mughni Al-Muhtaj menuliskan sebagai berikut :

وتصح قدوة المرأة بالمرأة وبالخنثى كما تصح قدوة الرجل وغيره بالرجل فيتلخص من ذلك تسع صور خمسةٌ صحيحةٌ، وهي قدوة رجل برجل، خنثى برجل، امرأة برجل، امرأة بخنثى، امرأة بامرأة.

Artinya : Wanita yang berimam kepada wanita atau khuntsa sah shalatnya sebagaimana sahnya seorang lelaki kepada lelaki lain. Maka bisa disimpulkan ada sembilan macam bentuk jamaah, lima diantaranya boleh dikerjakan yaitu ; laki-laki bermakmum kepada laki-laki, khuntsa bermakmum kepada laki-laki, wanita bermakmum kepada laki-laki, wanita bermakmum kepada khuntsa, wanita bermakmum kepada wanita.[7]

Halaman:

Editor: Sholikhul Huda

Sumber: NU Online


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x