Cerita Asal Usul Ketupat, Metode Sunan Kalijaga Islamisasi Jawa

- 25 April 2023, 08:00 WIB
Selain Ketupat Inilah Ragam Hidangan Berbahan Dasar Beras Pengganti Nasi di Hari Lebaran Idul FitriCerita Asal Usul Ketupat, Metode Sunan Kalijaga Islamisasi Jawa.
Selain Ketupat Inilah Ragam Hidangan Berbahan Dasar Beras Pengganti Nasi di Hari Lebaran Idul FitriCerita Asal Usul Ketupat, Metode Sunan Kalijaga Islamisasi Jawa. /

KlikBondowoso.Com - Ketupat merupakan salah satu hidangan khas Idul Fitri. Seperti pada Lebaran tahun 2023 ini, ketupat menjadi salah satu yang diburu.

Yakni ketika Lebaran Ketupat atau 7 hari setelah hari Raya Idul Fitri 1444 H. Tradisi tersebut diturunkan dari nenek moyang hingga anak cucu pada suatu masyarakat.

Dahulu, tradisi kupatan ini tidak dirayakan secara besar-besaran hanya dalam lingkup keluarga. Namun seiring perkembangan zaman, tradisi tersebut meluas ke masyarakat luat dan dikokohkan oleh masyarakat desa sebagai perayaan besar tahunan.

Dilansir dari berbagai sumber, inilah cerita asal usul ketupat.

Tradisi ini diangkat dari tradisi pemujaan Dewi Sri yang dinisbihkan sebagai dewi pertanian dan kesuburan, pelindung kelahiran dan kehidupan, kekayaan dan kemakmuran.

Dewi Sri merupakan dewi tertinggi dan terpenting bagi masyarakat agraris. Ia dimuliakan sejak masa kerajaan kuno seperti Majapahit dan Pajajaran.

Dewi Sri tak lagi dipuja sebagai dewa padi atau kesuburan tapi hanya dijadikan lambang yang direpresentasikan dalam bentuk ketupat yang bermakna ucapan syukur kepada Tuhan.

Setelah Wali Songo, khususnya Sunan Kalijaga berdakwah di bumi Nusantara, tradisi syukuran itu tidak dihilangkan, hanya saja diakulturasikan dengan nilai-nilai keislaman, diperkenalkanlah dua istilah: Bakda Lebaran dan Bakda Kupat.

Bakda Lebaran dipahami sebagai prosesi pelaksanaan salat Idhulfitri hingga tradisi saling kunjung dan memaafkan sesama muslim, sedangkan Bakda Kupat dimulai seminggu sesudah Lebaran.

Ketika menyebarkan islam kepedalaman, walisongo melakukan pendekatan budaya agraris, mereka beranggapan tempat adalah unsur keramat dan berkah sangatlah penting untuk melanggengkan kehidupan.

Maka tidak heran jika yang dipakai untuk ketupat adalah janur. Kulit janur yang dibuang lidinya menunjukkan identitas budaya pesisir yang dipenuhi banyak pohon kelapa.

Sunan Kalijaga menganalogikan hari raya Ketupat sebagai bagian mengakui kesalahan dalam empat tindakan. Dalam bahasa lain agar Ngaku Lepat dan Laku Papat. Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan. Laku papat artinya empat tindakan.

Laku papat artinya empat tindakan dalam perayaan Lebaran. Empat tindakan tersebut adalah Lebaran, Luberan, Leburan dan Laburan.

Lebaran memiliki arti usai atau berakhir, yang menandakan selesainya masa berpuasa dalam bulan Ramadhan dan kesiapan menyongsong kemenangan. Luberan bermakna meluber atau melimpah. Sebagai simbol ajaran bersedekah untuk kaum miskin.

Leburan maknanya adalah habis dan melebur. Maksudnya pada momen Lebaran, dosa dan kesalahan kita akan melebur. Laburan berasal dari kata labur atau kapur. Maksudnya supaya manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batin satu sama lain.

Ketupat memiliki dua bentuk. Bentuk segi empat dan segi lima. Bentuk segi empat mencerminkan prinsip “kiblat papat lima pancer” yang bermakna bahwa kemana pun manusia menuju, pasti selalu kembali kepada Allah.

Kiblat papat lima pancer ini, dapat juga diartikan sebagai empat macam nafsu manusia, yaitu amarah (nafsu emosional), aluamah (nafsu untuk memuaskan rasa lapar), supiah (nafsu untuk memiliki suatu yang indah), dan muthmainnah (nafsu untuk memaksa diri). Keempat nafsu ini yang ditaklukkan selama berpuasa.

Jadi dengan memakan ketupat disimbolkan sudah mampu menaklukkan keempat nafsu tersebut. Sebagian masyarakat juga memaknai rumitnya anyaman bungkus ketupat mencerminkan berbagai macam kesalahan manusia.

Sedangkan warna putih ketupat ketika dibelah dua mencerminkan kebersihan dan kesucian setelah memohon ampun dari kesalahan. Beras sebagai isi ketupat diharapkan menjadi lambang kemakmuran setelah hari raya.

Dengan demikian, bentuk ketupat melambangkan nafsu dunia yang dibungkus dengan hati nurani. Tradisi kupatan ini berfungsi sebagai pengingat agar manusia mengakui kesalahan masing-masing, kemudian rela untuk saling memaafkan.

Orang yang bertamu akan disuguhi ketupat pada hari lebaran dan diharuskan memakannya sebagai pertanda sudah rela dan saling memaafkan. Perilaku ini diharapkan dapat menjadikan kehidupan masyarakat yang damai, tenang dan tentram.***

 

 

Editor: Sholikhul Huda


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x