Ma’asyiral muslimin sidang Jum’at rahimakumullah
Peringatan Maulid Nabi saw dalam bentuk kegiatan meniko, pada awalnya ada yang menolak. Ananging, mayoritas ulama menyepakati beleh peringatan seperti itu termasuk bid’ah hasanah. Bid’ah ingkang diperbolehkan, amergi masih ada dasar utawi tuntunannya saking Rasulullah saw. Selain itu, peringatan maulid Nabi saw ugi mboten termasuk ibadah mahdhah yang teknisnya sampun diatur langsung dari beliau.
Contohnya berdzikir, wonten perintah dalam Alquran, akan tetapi mboten disebutkan teknisnya: Sebagaiman firman Allah: فَاذْكُرُواْ اللّهَ قِيَاماً وَقُعُوداً وَعَلَى جُنُوبِكُمْ
Ingkang artsipun: ”Berdzikirlah kalian dalam keadaan berdiri, duduk, lan berbaring.” (QS an-Nisa)
Dzikir diperintahkan Allah SWT. Ananging teknis utawi corone zikir, dipun kembalikan kepada kita masing-masing. Bisa sambil duduk, berdiri, berbaring di rumah, di masjid sendirian, bersama-sama, suara pelan ataupun dengan suara keras. Sedoyo meniko mboten dipun batasi, dikembalikan pada situasi lan kondisi asalkan mboten melanggar ketentuan syariat agami Islam.
Hadirin jamaah rahimakumullah….
Membaca shalawat ugi diperintahkan, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
Ingkang artosipun: ”Sesungguhnya Allah dan malaikat bershalawat kepada Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu kepada Nabi dan ucapkanlah salan penghormatan kepadanya.” (QS al-Ahzab56).
Perintah membaca shalawat meniko ada, dan sangat dianjurkan. Sedangkan cara lan teknisnya dikembalikan pada kita masing-masing. Kitha saget maos sholawat ingkang panjang, pendek, berbentuk banjari utawi ishari, bahkan shalawat ingkang berbentuk syair. Yang paling penting inggih meniko; tetap bershalawat kepada Rasullullah saw.